Sunday, November 09, 2008

APA YANG KAU CARI?

Sahabat, tak jarang kita membanggakan banyak hal dalam hidup ini. Atas apa yang telah kita raih dengan bersusah payah. Atau pun hanya karena kebetulan takdir baik yang menghampiri kita. Entah itu jabatan, jenjang karir, kendaraan mewah, deposito milyaran rupiah, atau hanya karena Tuhan memberikan karunia wajah yang lebih tampan atau cantik, kulit yang lebih putih dan halus, atau sekadar tubuh yang lebih ramping dan tinggi semampai.

Sahabat, semua itu adalah karunia Allah yang wajib disyukuri. Sebab tidak semua orang diberikan nikmat yang serupa. Akan tetapi, apakah itulah yang kita cari dalam hidup? Apakah memang itulah yang menjadi tujuan akhir dari perjalanan panjang kita?


Sahabat, ada sebuah kisah yang patut untuk direnungi. Dahulu ada 3 pemuda yang hidupnya serba kekurangan. Suatu hari mereka bertemu dengan seorang tua bijaksana yang menjanjikan akan mengubah hidup mereka. Si tua bijaksana meminta 3 pemuda melakukan sebuah pekerjaan. Mereka diminta masuk ke dalam sebuah goa yang gelap gulita tanpa membawa penerangan. Kemudian mereka diminta mengambil batu sebanyak mungkin yang mereka bisa dari dalam goa tersebut.

Pemuda pertama berpikir, bukankah si tua bijaksana meminta aku mengambil batu sesuai yang aku bisa? Buat apa menyusahkan diri dengan mengambil banyak. Maka dia pun mengambil 2 bongkah kecil batu seukuran genggaman tangan, satu di tangan kanan dan satunya lagi di tangan kiri. Lalu beranjak keluar…

Pemuda kedua berpikir, aku hanya akan mengambil batu sesuai kemampuanku, seperti permintaan si tua bijaksana. Maka, dia pun meraup beberapa bongkah batu dan membawanya dalam pelukan tangan. Lalu beranjak keluar…

Pemuda ketiga berpikir, si tua bijak sana meminta aku mengambil sebanyak mungkin yang aku bisa. Bukankah dia berjanji akan memberikan yang lebih baik sebagai imbalan pekerjaan ini? lagi pula, si tua bijaksana sudah terlalu tua untuk melakukan pekerjaan ini sendiri. Maka, dia pun membuka baju yang dia pakai. Di atas baju tersebut dia menyusun bongkahan-bongkahan batu dengan rapih. Kemudian memikulnya keluar goa dengan susah payah…

Sahabat, ketika ketiga pemuda tersebut sampai di luar dengan bawaan mereka masing-masing, tiba-tiba mulut goa telah tertutup oleh bongkahan batu yang sangat besar. Ketiga pemuda tidak mungkin masuk kembali. Di depan mulut goa si tua bijaksana telah menunggu mereka. Lalu si tua bijaksana meminta tiga pemuda melihat apa yang telah mereka bawa dari dalam goa yang gelap gulita itu. Ketiga pemuda terpeanjat kaget tak percaya. Yang mereka bawa adalah bongkahan-b ongkahan emas murni berbentu batu.

Pemuda pertama meraung-raung menyesali nasibnya yang baru saja berlalu. Penyesalan atas kemalasan diri yang harusnya tidak perlu. Pemuda kedua menangis keras sambil memukul-mukul kepalanya. Menyesali jiwa yang hanya mampu menakar diri dengan takaran sederhana. Pemuda ketiga tak kalah histeris, menyumpahi kobodohan pikiran yang tak sempat digunakan. Padahal jika ia masuk membawa gerobak, tentu hidupnya akan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Nah, sahabat. Pesan moralnya bukanlah pada nilai kerja keras ketiganya yang berbeda. Tapi pada ketidaktahuan mereka terhadap apa yang mereka cari di dalam goa. Seperti juga hidup kita. Allah telah memberikan waktu dan kesempatan yang sama. Lalu setiap kita mengisinya dengan kerja keras yang berbeda-beda. Tapi persoalnnya bukanlah seberapa keras kita bekerja, tapi apa yang kita cari dengan bekerja?

Sahabat, banyak orang yang menghabiskan seluruh usianya dengan kerja keras, membangun dinasti bisnis raksasa dan tak terkalahkan. Namun ketika semua telah diraihnya, dia tetap merasa hampa. Ternyata, apa yang dikerjakannya sepanjang usia, tidaklah membawanya pada apa yang dicari dalam hidupnya.

Dan tak jarang kita menemukan seseorang yang biasa-biasa saja. Hidup pas-pasan dengan keluarga sederhana. Menjalani hidup apa adanya. Tapi dari gurat wajahnya tergambar kesyukuran atas hidup yang telah dijalaninya. Keluarga sakinah, anak sholeh dan sholehah, kebutuhan tercukupi, tempat tinggal yang teduh, tetangga yang ramah, ketenangan jiwa, semua menyatu dibalik ekspresi sujud panjangnya…

Jadi, apa yang kau cari sobat? Tidak lelahkah jiwamu mengembara dalam putaran ruang dan waktu untuk mencari sesuatu yang tak kau ketahui apakah itu? Tidak resahkah hatimu melihat penggalan usia yang makin senja dan tujuan hidup itu belum nyata juga? Kembalilah… kembalilah merumuskan lagi jawaban dari pertenyaan yang sederhana… Apa yang kau cari, sobat?

0 comments:

Post a Comment