Saturday, October 25, 2008

SAHABAT, JANGAN JADI KELEDAI

Aneh ya judul postingannya? 
Sahabat, ide tulisan ini muncul saat aku resah dan sedikit rasa bersalah. Bukan pada siapa-siapa, tapi pada sederetan buku-buku yang sudah hampir dua bulan ini tidak aku baca. Bersalah rasanya setiap hari berlalu lalang dihadapan lemari buku yang menampung 500-an judul koleksiku tanpa menyapanya. Aku merasa seperti keledai, yang membawa ratusan buku dipunggungnya tapi tidak mampu memahami isinya…


Aku buka kembali beberapa buku favoritku. The Secret karya Rhonda Byrne, Mindset karya Kang Adi W. Gunawan, juga tak lupa Today is Matter karya John C. Maxwell yang tak pernah kering inspirasi. Wah… rasanya seperti membaca buku baru saja. Ide-idenya kembali segar dalam pikiranku. Perasaanku mulai tenang, tak lagi merasa seperti seekor keledai. I love my library… I love my books…

Sahabat, janganlah jadi keledai. Tak bergunalah ribuan buku yang kita miliki jika tidak memberikan nilai tambah. Janganlah memiliki hobi membeli buku, tapi hobilah membaca buku. Jika tidak, macam keledailah kita ini…(baca dengan logat medan!)

Sahabat, buku adalah jendela dunia. Dari bukulah kita mampu mengeksplorasi setiap jengkal rahasia kehidupan. Menyingkap tabir ilmu penegatahuan. Menemukan jutaan pikiran-pikiran mengagumkan. Bahkan, dari bukulah kita mengenal warna-warni manusia dan legenda sejarahnya…

Sahabat, jangan pernah malas untuk membaca. Apalagi sampai anti membaca. Sebab pikiran yang terbuka oleh cakrawala pengetahuan jauh lebih mampu memahami berbagai hakikat kehidupan dibandingkan mereka yang sempit wawasan. Tentu saja –hanya jika- jika membaca diikuti dengan perenungan. Ya, perenungan dari setiap pikiran yang merangkai ide pengarangnya…

Apalagi saat ini badai krisis sedang mengejar kita. Pelan tapi pasti, badai itu akan kita hadapi. Berbagai hal yang tak pernah kita duga dapat saja menimpa. Karyawan di-PHK, perusahaan bangkrut, lembaga keuangan diliquidasi, BUMN demerger, bahkan usaha kecil pun berpotensi gulung tikar. Segalanya sangat mungkin terjadi. Lalu apakah dampaknya bagi kita? Sesuatu yang tentu saja diluar kendali kita…

Nah, sahabat…
Berkacalah pada krisis yang melanda bangsa kita sebelas tahun yang lalu. Segala hal yang tak pernah terbayangkan menimpa rakyat kita. Banyak karyawan yang di rumahkan. Perusahaan-perusahaan raksasa bangkrut. Investor asing hengkang. Bank-bank dibekukan. Pabrik-pabrik dan industri tutup. BUMN harus dimerger. Semuanya meninggalkan duka bagi ratusan ribu pekerja di Indonesia. Lalu kemanakah mereka yang menjadi korban itu?

Beberapa tahun kemudian, satu demi satu korban krisis itu bermunculan. Meskipun sangat sedikit, tapi mereka yang bangkit kembali itu telah melalui sebauh fase krisis dengan perjuangan yang panjang. Semuanya dimulai dari nol. Dari ketiadaan…

Tetapi satu hal yang menarik dari mereka yang bangkit kembali itu. Bahwa ternyata mereka adalah orang-orang yang sejak awalnya telah tercerahkan. Mereka adalah orang-orang yang penuh wawasan. Krisis yang melanda hanyalah semacam tamparan yang menyadarkan. Untuk mereka bangkit kembali menata ulang kehidupannya, menyusun ulang kesuksesannya, dan menantang kehidupan dengan apa adanya. Sebab mereka semua adalah manusia pembaca. Manusia-manusia pembelajar….

Nah, sahabat…

Kita tidak tahu badai seperti apa yang sedang menanti kita. Karena itu, kekuatan terbesar pada diri kita ini, yaitu pikiran, sudah saatnya untuk selalu dikuatkan. Karanena hanya mereka yang memiliki pikiran-pikiran raksasalah yang dapat melalui berbagai gelombang badai ganas yang menghiasi perjalanan hidup manusia….

So, let’s reading! Let’s become a learner…

0 comments:

Post a Comment