Sunday, October 26, 2008

SEPERTI DAUN

Satu-satu…
Daun berguguran,
Jatuh ke bumi,
Dimakan usia,
Tak terdengar tangis,
Tak terdengar tawa,
Redalah…reda…


Satu satu…
Tunas muda bersemi,
Mengisi hidup
Gantikan yang tua
Tak terdengar tangis,
Tak terdengar tawa
Redalah…reda…

Waktu terus, bergulir…
Semuanya, mesti terjadi…
Daun-daun, berguguran
Tunas-tunas muda... bersemi...

(iwan fals)

Ada yang lahir, ada yang mati. Ada yang pergi, ada yang datang. Ada suka, ada duka. Ada bahagia, ada derita. Ada tawa, ada tangis, ada siang, ada malam… mungkin itu yang ingin disampaikan oleh Bang Iwan...

Sahabat, seperti itulah siklus kehidupan. Dan sejarah hanya diukir oleh siklus-siklus itu. Bergulir dan dipergilirkan. Seperti kita, menanti siang, menikmati malam. Berkumpul, juga menyendiri. Dalam garing tawa, juga kelam tangis. Menatap esok, memaknai kemarin. Terus beradu, berganti, hingga terangkai sebuah kisah. Rangkaian kisah menjadi sejarah. Rangkaian sejarah menjadi zaman, menjadi peradaban.

Sahabat, semuanya memang bergilir. Tetapi kumpulan kisahnya dibuat oleh kita. Narasi sejarahnya diciptakan oleh kita. Dan nilai peradabannya ditentukan oleh kita. Maka kisah seperti apa yang akan kita buat untuk anak-anak kita? Sejarah seperti apa yang akan kita ciptakan untuk generasi kita. Dan peradaban seperti apa yang ingin kita cipta untuk manusia seluruhnya?

Sahabat, serpihan-serpihan hari yang kita rangkai akan menjadi sepenggalan kisah yang akan diceritakan kembali oleh anak cucu kita. Sadar atau tidak, hari-hari yang kita lewati itulah yang membentuk kisah kita. Tak perlu kita tuliskan dalam biografi yang tebal, sebab hidup itu sendiri akan merekam keseluruhan kisahnya. Dengan apa adanya…

Sahabat, perilaku masyarakat kitalah yang membentuk sejarah. Sejarah satu generasi dimana kita ada didalamnya dan berkontribusi terhadap pembentukan karakternya. Posisi kita dalam masyarakat hanya ada 2: mewarnai atau diwarnai, menciptakan arus atau terseret arus, menjadi pusaran badai atau sampah beterbangan…

Sahabat, kumpulan sejarah generasi demi generasilah yang membentuk peradaban kita. Simpulan yang jauh melampaui usia kita. Melampaui cita-cita kita. Tetapi menceritakan karya-karya kita. Mengisahkan legenda kita. Mengabadikan ketinggian peradaban kita dalam simpulan kata: masa keemasan

Jadi, sahabat…
Diantara pergantian siang dan malam. Dan dipergilirkannya kejayaan. Serta jatuh bangunnya sebuah peradaban. Bagi kita hanya butuh jawaban dari sebuah pertanyaan: dibagian mana kita berada dan karya apa yang kita bawa?

Bagiku, aku berada dalam pusaran peradabannya bersama karya raksasa, bernama: keadilan!

0 comments:

Post a Comment