Saturday, March 21, 2009

BIARKAN AKU SENDIRI SEJENAK

Ada saat, ketika kita memperoleh kepercayaan akan sebuah peran dari banyak orang. Ekspektasi yang kadang tak sepadan dengan kapasitas kita. Tapi seperti itulah orang mempersepsi kita. Sebagaimana persepsi banyak orang kepada Sir Edmund Hillary sang penakluk gunung-gunung tertinggi, bahwa ia pasti mampu menaklukkan kaki langit, Mount Everest.


Bukan sekali dua kali Sir Edmund mencoba merealisasikan ekspektasi orang-orang itu, tapi berkali-kali. Dan berkali-kali pula ia gagal. Hingga suatu ketika Sir Edmund memutuskan berhenti. Sejenak, hanya sejenak. Meminta waktu untuk sendiri. Menatap seluruh sisi Mount Everest dengan mata batinnya. Menyusun ulang bangunan keyakinannya yang sempat roboh. Hingga suatu hari ia kembali tampil, dan menuntaskan obsesi banyak orang yang telah sempat ia mulai. Dan ternyata, ia berhasil…

Seperti juga kita. Terkadang kita perlu untuk mengatakan kepada orang lain, “biarkan aku sendiri sejenak”. Untuk melihat seluruh tantangan dan persoalan ekspektasi banyak orang itu dari setiap sisi. Membuka mata batin kita untuk menatap sejengkal demi sejengkal langkah yang harus kita tapak. Menyusun ulang bangunan keyakinan kita yang mungkin tak pernah utuh. Agar esok kita dapat hadir di tengah-tengah mereka, dan menuntaskan tugas itu dengan penuh optimisme. Sukses dan tidaknya itu bukanlah soal. Orang-orang hanya ingin melihat bahwa kita telah menuntaskan obsesi itu dengan sungguh-sungguh.

Seperti juga aku. Di tengah kesendirianku menatap seluruh persoalan obsesi ini dari segala sisi. Di tengah upayaku untuk menyempurnakan bangunan keyakinan yang tak pernah utuh ini. Akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan: “Jika aku tak mencobanya, maka aku tak akan pernah tahu kemampuanku yang sesungguhnya”. Berhasil atau tidak sama sekali bukan urusanku. Aku hanya perlu meneguhkan keyakinan, membakar keberanian, lalu memulai langkah pertama dari seribu langkah, atau bahkan sejuta langkah yang harus ku tapak untuk menuntaskannya. Dan langkah itu di mulai saat ini, di sini, dalam detik yang takkan pernah kembali ini.

Sahabat, ketika obsesi itu telah membelit dan merangkai berjuta persoalan. Berhentilah sejenak. Berhentilah untuk meminta waktu sendiri. Hanya sejenak. Menatap seluruh persoalan itu dengan mata hati. Hingga engkau melihatnya menjadi kumpulan persoalan yang begitu kecil. Bahkan sangat kecil, dibandingkan potensi kita yang raksasa. Lalu putuskanlah untuk memulainya. Memulai pekerjaan obsesi itu hingga tuntas…

2 comments:

H45 said...

biarkan aku sejenak membaca tulisanta'
supaya aku bisa melihat hikmah-hikmah yg bisa menginspirasi banyak orang.
Please Keep Spirit ( PKS ) bang

tapi kayaknya ada orang nalupaki PR na'
klo yg ini aku tdk akan biarkan bang irwan berhenti sejenak,hehehe
mentang2 PR cemen,nda na kerja
(peace man ..... )

Bang Irwan said...

Sudah sa kerja akhi...
Cuma sy letakkan d bulan November, biar gak merusak tampilan blog ku..hahahahahaha
Afwan ya anak cakep...

Post a Comment