Wednesday, December 03, 2008

KEBAIKAN ITU MESTI UTUH

Sahabat, tak mudah menjadi orang baik, apa lagi orang baik yang utuh. Di tempat kerja misalnya, dibutuhkan kemauan yang besar untuk menjadi seseorang yang benar-benar disebut baik. Datang tepat waktu, tersenyum sambil menyapa, menahan amarah, menyelesaikan semua pekerjaan, bahkan lembur kalau perlu. Jika kebaikan itu cuma butuh sehari, mungkin semuanya menjadi biasa. Tapi mempertahankan kebaikan itu dalam rentang waktu yang lama, itulah yang membuatnya menjadi tak mudah…


Tapi, bukan pada kemampuan menjadi baik dalam rentang waktu lama itulah kesulitannya. Sebab terlalu banyak orang yang telah suskes melakoninya. Bagian tersulit dari ‘menjadi orang yang baik’ adalah keutuhan kebaikan yang harus muncul pada setiap momentumnya. Banyak professional yang dianggap baik oleh mitra kerjanya, tapi sangat sombong di mata tetangganya. Tak jarang seorang Kiyai begitu dimuliakan oleh santri dan jamaahnya, tetapi menjadi sosok yang kasar bagi keluarganya. Tidak sedikit orang kaya yang dikenal dermawan di kalangan koleganya, tetapi melecehkan harga diri pembantu-pembantu di rumahnya. Kebaikan-kebaikan yang parsial…

Sahabat, terlalu sering kita lupa pada keutuhan kebaikan kita. Kita puas diri dengan gelar karyawan terbaik di tempat kerja, lalu tak ambil pusing dengan orang-orang terdekat kita. Kepada mitra kerja kita berkata lembut, kepada bawhan kita bertutur santun, kepada atasan kita memuji dan menyanjung, lalu giliran istri kita sambut dengan bentakan, kepada anak kita kejar dengan cacian, kepada tetangga kita serang dengan gunjingan. Bahkan (na’udzubillah), terkadang kita menganggap orang tua kita lebih layak memperoleh muka masam dibandingkan kolega bisnis yang tak punya hubungan darah dengan kita…

Sahabat, kebaikan itu mesti utuh. Sebab sejarah kita akan diceritakan oleh mereka yang mengenal diri kita. Dan saksi yang paling terpercaya adalah mereka yang menyaksikan siklus hidup kita secara utuh. Mereka itulah orang tua kita, isteri/suami dan anak-anak kita, tetangga-tetangga kita, pembantu kita, lingkungan masyarakat kita, dan mereka itu tak akan berbohong tentang kebaikan kita. Kebaikan yang utuh tentu saja…

0 comments:

Post a Comment