Friday, April 03, 2009

LELAKI ITU...

Selepas shalat jum’at, dia berbaring di dalam masjid. Meluruskan badannya yang terlihat letih. Maklum, siang itu panasnya minta ampun, seperti neraka. Matanya tidak terpejam, tapi menerawang. Menatap hampa langit-langit masjid di atasnya. Wajahnya lelah, seakan ada beban yang sangat besar dalam pikirannya. Sinar matanya juga redup, sepertinya takdir telah merenggut semangat hidupnya dan merampok spirit perjuangannya. Lalu perlahan kedua matanya terpejam. Semenit, dua menit, hingga akhirnya ia terlelap dengan damai dan tenang. Seoalah seluruh beban hidup yang tadi mengahantui pikirannya hilang ditelan bumi. Atau mungkin, lenyap ditelan do’a-do’a yang sempat dilafadzkan sebelum ia benar-benar pulas, di siang yang penat itu…


Sahabat,
Entah apa yang berkecamuk dalam pikiran lelaki itu. Tetapi fragmen ini setidaknya memberikan sebuah pesan tentang kehidupan yang tak selalu mudah. Bahkan memang tak pernah mudah. Hanya saja setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengapresiasi dinamikanya. Sebagian orang memilih diskotik dan niteclub sebagai tempat sampah persoalan hidupnya. Tetapi ada juga yang memilih masjid sebagai tempat berkeluh kesahnya, seperti lelaki tadi. Ada pula yang bersahabat dengan paranormal sebagai penasehat spiritualnya. Bahkan ada yang nekad mengakhiri hidupnya…

Sahabat,
Itulah potret. Potret tentang bagaimana manusia mensiasati beban-beban hidup yang tak pernah berhenti. Sekaligus potret tentang daya tahan manusia dalam menghadapi ujian berat. Potret yang pertama tentang kekuatan pikiran, dan potret yang kedua tentang kekuatan mentalitas. Yang pertama tentang kecerdasan dan yang kedua tentang keberanian.

Sahabat,
Mungkin pikiran kita cukup cerdas untuk mensiasati persoalan hidup itu, tapi faktor keberanianlah yang akan menggerakkan kita maju menyongsongnya atau berlari menjauhinya. Dan mereka yang pengecut, seringkali mensiasati persoalan-persoalan hidup dengan konyol: mabuk-mabukan, clubbing, kenakalan, tawuran, dsb. Tapi, ada juga yang mentalitasnya petarung, sayangnya kurang cerdas. Mereka menyerahkan nasibnya pada paranormal dan ‘orang pintar’. Seolah-olah mereka yang ‘pinter-pinter’ itu telah sukses menyelesaikan persoalan hidupnya.

Maka,
Ceritra-ceritra dalam hidup kita ini hanya akan berkisah tentang bagaimana manusia mengambil pilihan-pilihan dalam hidup mereka. Lalu sebagainnya kita kenal sebagai pahlawan, sebagiannya lagi kita sebut sebagai orang sukses. Tapi tahukah kita, bahwa kisah tentang pahlawan dan orang sukses itu adalah ceritra tentang bagaimana mereka mensiasati tantangan hidup yang menyapanya dan juga tentang seberapa besar nyali mereka menyongsong resikonya. Ceritra mereka itu dalah ceritra tentang kecerdasan dan juga keberanian.

Lalu setengah jam kemudian lelaki itu terjaga. Perlahan dia bangkit dan melihat di sekelilingnya. Masjid telah kosong, hanya ada dia dan kotak infaq masjid di dekatnya. Sejenak dia termangu. Diam. Kepalanya tertunduk, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu diangkatnya wajahnya yang telah berhias senyuman. Rautnya cerah. Matanya menyala. Seolah dia telah menemukan kembali semangat hidupnya. Kemudian dia tengadah, menyatukan kedua tangannya yang terbuka menghadap langit. Dia berdo’a. Khusyuk! Kemudian ia melangkah meninggalkan masjid dengan ayunan yang optimis. Badannya tegak. Tatapannya ke depan. Langkahnya bergegas. Sesampai di kantor lelaki itu segera menyalakan computer. Lalu ia menulis tulisan ini dan mempostingnya di blog dan facebook. Ya, lelaki itu adalah aku, Sobat!

1 comments:

Umi Rina said...

lelaki itu adalah... :)

Baru bangun tidur dari tidur panjang ya Bang Ir?! :D

Hidup tidaklah mudah atau mudah adalah alam pikiran yang menciptakannya. Namun selalu saja hidup adalah ibadah, dimana Dia telah memberi penerangan yang takkan pernah padam bagi manusia yang cerdas lagi mau bersyukur...:)

Post a Comment