Saturday, January 24, 2009

SANG GURU


Dia guruku. Mengajarkan aku tentang gerak kehidupan. Mengajak aku untuk memiliki cita-cita tentang peradaban. Menasehati aku untuk belajar dari kesalahan-kesalahan. Membimbing aku untuk rendah hati dalam kebersamaan. Tetapi sekaligus menggelora dalam semangat perjuangan. Pelajarannya tentang kepahlawanan. Ide-idenya tentang keberanian. Tapi hakikat ilmunya tentang keikhlasan…

Dia motivatorku. Membakar jiwaku yang selalu gelisah pada ketakberdayaan. Merobek-robek zona kenyamanan. Membangunkan asa yang terlelap untuk bangkit dan berisap siaga, sebab takdir kepahlawanan telah melambaikan tangan. Dia hadir dengan obsesi gila untuk bangsa dan ummat yang memang sedang gila. Tapi, dia juga manusia. Dan justeru karena kemanusiaannya itulah aku berpikir bahwa aku pun memang bisa. Bahwa proyek kebangkitan peradaban baru itu memang untuk diwujudkan oleh manusia-manusia seperti dia, aku dan kita semua.

Dia aliran sungai. Deras memprovokasi mimpi-mimpi yang menggenang untuk mengalir seperti bah. Mendobrak kejumudan. Melampaui batas kebiasaan dan tradisi. Dan ketahuilah bahwa dia terkadang berada di depan. Memberikan keteladanan. Bahkan jika harus patah karena benturan. Maka tangan-tangan kekar itulah yang terlebih dahulu patah dalam keterhormatan.

Dia embun pagi hari. Memberi kesejukan pada jiwa-jiwa yang kelelahan. Memberi inspirasi bagi gelora muda yang kehausan. Memberi jenak bagi nafas-nafas yang memburu. Memberi ruang bagi semangat yang meledak-ledak. Kata-katanya adalah sentuhan kebijaksanaan. Nasehatnya dalam, mengalir deras diantara syaraf-syaraf yang telah menyala. Merengkuh hati dengan cinta dan kemuliaan.

Dia matahari. Membakar jiwa yang beku. Menerangi hati yang kelam dan confuse. Memberikan makna baru tentang arti dan hakikat kehidupan. Menyala tiada habisnya, seolah-olah nyala itulah energi kehidupan yang tak boleh padam. Sebab jika nyala itu padam, maka berantakanlah seluruh gerak peradaban yang sedang menemukan bentuk ini. Sebab nyala itu adalah rambu yang menuntun dan memberi arah. Merelaisasikan mimpi-mimpi gila yang telah tergambar indah lewat nubuwah.

Dia, Sang Guru… http://gerakmulia.blogspot.com/

Read More ..

Tuesday, January 20, 2009

PRASANGKA ITU MEMBUTAKAN HATI

Entah hanya perasaanku saja atau memang demikian, belakangan ini aku merasa sekelilingku dipenuhi prasangka dan kecurigaan. Saat membaca Koran, terlalu banyak opini dan informasi yang penuh prasangka. Saat membuka blog, sangat banyak yang meninggalkan jejak penuh prasangka. Saat membaca posting, komentar-komentar yang diberikan juga berhias prasangka. Bahkan saat berdiskusi, diskusi itu juga lebih banyak prasangkanya. Prasangka-prasangka itu ditampilkan dengan wajah yang beringas, kata-kata yang kasar, emosi yang sentimental dan adab yang buruk.

Terkadang aku heran, apa indahnya parsangka itu sehingga seolah-olah telah menjadi pilihan akhlak banyak orang. Menyibukkan hati dengan kecurigaan. Menguras pikiran untuk mencari-cari kesalahan. Menyerang mereka yang dianggap salah dan berbeda pemikiran. Jiwa sumpek dan lidah menjadi tajam. Apa indahnya semua itu? Apa indahnya hidup dalam emosi yang selalu panas dan meledak-ledak. Membakar hati dan emosi orang lain yang ada di sekitar kita. Berhadap-hadapan untuk bertarung lalu saling membelakangi dan menjauh.

Sahabat, tak bisakah kita hidup dalam kesederhanaan? Sederhana dalam mencintai dan juga sederhana dalam membenci. Menyikapi perbedaan dengan lebih arif dan berjiwa besar. Menyambut kritikan dengan senyuman. Atau menjawab tuduhan dengan kesantunan. Sebab api yang dijawab dengan api pula hanya akan membakar apa saja disekitar kita. Padahal api itu membutuhkan air untuk menyiraminya. Memadamkan amarah agar terlihat hakikat persoalannya.

Ah sahabat. Aku juga mengerti tentang musabab lahirnya prasangka dikalangan kita. Semua berawal dari keyakinan yang kokoh pada kebenaran yang kita yakini. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Apalagi jika keyakinan itu sudah sedemikian dalam (haqqul yaqiin). Masalah terkadang timbul ketika keyakinan kita itu bebrbeda dengan keyakinan orang lain yang kita anggap mestinya sama dengan keyakinan kita. Keyakinan yang harus sama, karena posisi kita, kecerdasan kita, keshalihan kita, lebih baik dari orang lain itu. Maka perbedaan inilah yang seringkali berakhir dengan prasangka. Dan jika prasangka ini terpelihara, maka ia akan menjelma menjadi dengki (hasad). Lalu kedengkian itulah yang mengendalikan sebagian besar hidup kita…

Sahabat, menyampaikan kebenaran keyakinan kita itu harus. Tapi menghargai keyakinan orang lain itu juga mesti. Biarlah manusia-manusia lain disekitar kita yang menilai dan memutuskan. Tugas kita hanyalah menyampaiakan kebenaran yang kita yakini dan membuktikannya dengan tindakan yang kita lakoni. Dan jika pun semua orang berbeda dengan keyakinan kita, maka disitulah ujian integritas diri yang sesungguhnya. Dan kita tak perlu terprovokasi. Tak perlu emosi. Apalagi hingga mencaci maki…

Sahabat, jauhilah prasangka. Sebab prasangka itu membutakan hati. Engkau tak akan bisa melihat kebaikan pada diri orang lain, seberapa benderang pun kebaikan itu. Sebab mata kitalah yang telah tertutup oleh hitamnya prasangka. Yang tampak hanyalah sisi buram dari setiap orang, setiap peristiwa, bahkan terkadang juga Tuhan. Lalu kita ini menjadi manusia yang sombong dan berjalan di atas keangkuhan. Meskipun kita sendiri merasa telah berada di jalan yang benar.

Sahabat...
Prasangka itu membutakan hati...

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Hujuraat: 12)

Read More ..

Saturday, January 17, 2009

HARGA SEBUAH PENGKHIANATAN

Pukul dua dini hari, aku baru beranjak dari kantor dan berharap dapat segera tiba di rumah. Menggebug si AVP Arena tanpa ampun. Berharap segera menikmati kasur empuk dan tertidur dengan pulas setelah seharian beraktivitas tanpa istirahat. Di tengah perjalanan tiba-tiba terdengar panggilan naluriah. Ternyata telah terjadi pemberontakan dalam diriku, bunyi perutku yang keroncongan. Lalu kuputuskan untuk singgah di sebuah warung sari laut favoritku. Menyapa mas Gatot yang sudah sangat faham dengan menu kesukaanku. Dan tanpa banyak ba bi bu, mas Gatot langsung Action!

Di dalam warung aku tidak sendiri. Di sebuah meja besar duduk sekitar 8 orang lelaki bertubuh kekar, bersama seorang Bapak paruh baya yang mereka panggil Pak Haji. Dan, astaghfirullah… ternyata bersama mereka juga ada seorang anak kecil. Seorang anak perempuan yang aku perkirakan usianya baru sekitar 2 sampai 3 tahun. Matanya begitu sendu dan sepertinya sudah sangat mengantuk. Raut mukanya sedih. Dan yang aneh, para lelaki kekar itu dan Pak Haji yang bersama mereka seolah tak ambil pusing dengan keadaan si gadis kecil. Aku menatap matanya. Dan sesekali ia pun menatap ku dengan pandangan yang begitu menghiba.

Penasaran, sambil menunggu mas Gatot menyelesaiakan menu makan subuhku aku berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. Dari pembicaraan mereka yang memang disampaikan dengan suara keras, aku mulai sedikit memahami arah pembicaraan mereka. Ternyata para lelaki kekar itu adalah anak buah Pak Haji. Dan si gadis cilik itu adalah anak Pak Haji. Dan mereka sedang membicarakan tentang istri Pak Haji yang saat itu mereka ketahui sedang “berzina” dengan lelaki lain di suatu tempat. Mereka sedang bermusyawarah, apakah segera menggerbek tempat mereka bermaksiat, atau kah malaporkan ke Polisi dan bersama Kepolisian menggerebek istri Pak Haji yang berkhianat itu. Dan tentu saja, nasib lelaki selingkuhan istri Pak Haji sebentar lagi ditentukan oleh delapan lelaki kekar ini.

Dalam beberapa kalimat yang dilontarkan Pak Haji, tergambar dengan jelas kebenciannya pada sang Istri. Bahkan ia tak peduli jika istrinya itu harus mendekam di penjara untuk selama-lamanya. Hanya saja yang ia belum mengerti adalah akan dia kemanakan gadis cilik mereka yang belum tahu apa-apa itu. Pak Haji sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan anaknya itu. Bahkan beberapa kali sambil berbicara dia menunjuk-nunjuk gadis ciliknya dengan kesan yang kasar. Seolah tersimpan penyesalan atas kelahirannya. Dan tentu saja, si gadis cilik itu tetap tak mengerti apa-apa. Aku terenyuh, betapa mahal harga sebuah pengkhianatan. Si gadis cilik yang tak tahu apa-apa harus menjadi korban amarah orang tua mereka yang bodoh…

Sahabat, membaca tulisan ini tentu berbeda rasanya dengan menyaksikan sendiri kejadiannya. Menyaksiakan wajah gadis ciliki itu membuat fase-fase hidupku setelahnya menjadi kurang nyaman. Bayangannya terus hadir bersama wajah yang begitu tulus, dengan raut yang menghiba. Menjelang tidur, dikala bangun, dan saat melintasi warung mas Gatot. Aku ingin menangis atasnya. Tapi aku juga tahu jika tangisan itu tak ada gunanya. Aku heran mengapa anak sekecil itu harus selalu menjadi korban amarah orang tua yang tak pernah dewasa. Mencari alasan pengkhianatan mereka mungkin banyak jawabannya. Tetapi menemukan logika untuk mengorbankan seorang buah hati yang belum mengerti apa-apa sungguh tak ada penjelasannya. Tak ada logikanya.

Sahabat, mungkin itulah harga termahal dari sebuah pengkhianatan. Harganya adalah jiwa. Jiwa polos yang tak bedosa. Dan entah bagaimana kedua orangtuanya kelak mempertanggungjawabkan harga dari pengkhianatan itu. Dan kalaupun si anak dapat terus tumbuh dewasa. Entah akan jadi apa anak ini kelak dengan nasib tragis (dan bodoh) yang menimpa orang tuanya. Dan aku hanya bisa heran, mengapa manusia begitu gemar melukai masa depan darah daging mereka, buah cinta mereka. Harga yang terlalu mahal untuk sebuah pengkhianatan…

Read More ..

Friday, January 16, 2009

NAMANYA FINA

Namanya Fina. Muda dan energik. Bacalah jalan pikirannya. Tegas, jujur dan obsesif. Ciri orang-orang muda pada umumnya. Bahasanya penuh energi. Kata-katanya meledak. Menandakan jika ia adalah seorang anak muda yang tak suka diam. Sebab diam adalah kepasrahan yang sia-sia. Dia juga anti kejumudan. Sebab dia seorang muharrikah. Seorang penggerak.

Namanya Fina. Cerdas dan penuh wawasan. Lihatlah sudut pandangnya. Juga perspektif ide-idenya. Luas, multi disiplin, juga kaya makna. Pilihan kata dalam setiap rangkaian kalimatnya menunjukkan bahwa dia seorang pembaca, seorang pembelajar. Idenya mengalir, gagasannya deras. Bahkan ia berani berbeda. Dan yang pasti ia punya sikap dan keyakinan. Itulah integritas.

Namanya Fina. Seorang perempuan. Seperti perempuan yang lain, dia juga feminim. Tapi yang membuatnya berbeda adalah pilihan sikapnya. Sebab tak kan kau temukan kemanjaan dan kecengengan dalam setiap tulisannya. Sebagaimana yang dapat kau temukan pada sebagian besar tulisan perempuan yang mengharu biru akan nasibnya, bahkan lebih banyak yang narsis pada kecantikan dan ke-gaulan-nya. Dia memang berbeda.

Namanya Fina. Dia muslimah. Oleh karena itu ide besarnya adalah Islam. Tentang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Tapi intinya satu, Hadlarah Islamiyah (Peradaban Islam). Tak ada yang membatasi pikirannya. Tidak oleh mazhab. Tidak juga oleh harakah. Dia tegak sendirian dalam pikiran dan obsesinya. Obsesi tentang the next civilization.

Namanya Fina. Teman, sahabat dan juga salah satu guru dari ribuan guru yang pernah mengajariku. Setidaknya tentang semangat, dan bagaimana manusia hidup dengan sikap. Bagaimana hidup dengan integritas…

Silahkan berkunjung ke kediamannya: http://fina-ismisholeha.blogspot.com/

Read More ..

Wednesday, January 14, 2009

SKETSA HIDUP PENUH WARNA

Pagi ini, seperti pagi yang lain, aku selalu memperhatikan setiap persitiwa di jalan yang aku lalui sambil menyetir mobil dengan sedikit santai. Menangkap berbagai potret hidup manusia yang tampil di setiap sisi-sisi jalan. Memakanainya, merenunginya, lalu menggali inspirasi yang hadir bersamanya. Untuk menjadi energi motivasi, energi hidup, agar esok aku tak perlu menyerah dalam setiap kejatuhan-kejatuhan yang hadir setelahnya. Sebab pengalamanlah yang menjadi guru terbaik dalam kehidupan.

Dan pagi ini, kebetulan sekali potret yang tertangkap kilasan singkat pandanganku adalah sebuah sketsa yang menggelitik. Seorang Bapak paruh baya yang memiliki postur tubuh sedikit lebih pendek dan kecil tampak sedang bertransaksi dengan rekan bisnisnya. Di dekat mereka ada pick-up berwarna hitam, sepertinya milik si Bapak. Tiba-tiba mobil pick up itu bergerak sendiri ke depan mengikuti sisi jalan yang memang agak menurun. Kontan si Bapak segera berlari mengejar pick up tersebut dan berusaha meraih bagian belakangnya. Dan berhasil! Sayangnya tenaga dan postur si Bapak tak mampu menahan laju pick up yang terus menyeretnya. Ia terseret mobilnya sendiri seperti seorang gembala terseret kerbaunya.

“Hahahahahahahaha…wakakakakakakka…huahuahuahuahua….”

Aku tertawa lepas, nyaring sekali. Mungkin seperti itu juga pengendara yang lain yang sempat menangkap sketsa ini. Yang aku heran adalah, mengapa si Bapak justru meraih bagian belakang mobilnya dan bukannya menuju pintu depan mobil lalu menaikkan rem tangannya. Pemandangan yang lucu. Lalu lanjutan sketsa ini hanya dapat aku lihat melalui kaca spion mobil yang semakin menjauh.

Sahabat, selalu saja ada yang lucu dalam kehidupan kita. Kelucuan-kelucuan yang sengaja diciptakan Allah untuk menjadi warna-warni kisah kita. Agar hidup ini tidak melulu hitam putih atau monochrome. Tetapi indah, seperti pelangi yang memiliki spectrum berjuta warna. Terkadang memang kita sedih, tapi tak jarang hadir penggalan kisah yang juga membahagiakan. Terkadang hadir situasi yang mematahkan asa, tapi sering pula menghampiri peristiwa yang membagkitkan energi jiwa. Sebuah siklus yang dipergilirkan, agar -sekali lagi- hidup ini penuh warna.

Namun sketsa-sketsa menggelitik yang hadir dalam serpihan-serpihan kecil hidup kita bagi sebagian orang seringkali berlalu tanpa makna. Kejadian demi kejadian dipersepsi sebagai sesuatu yang terpisah, bukan anak-anak puzzle yang dibaliknya tersimpan lukisan indah. Lalu setiap orang yang menjadi bagian dari persitiwa-peristiwa dianggap mewakili takdir baik atau takdir buruknya. Padahal, bisa jadi Allah menciptakan peristiwa itu untuk menjadi pelajaran berharga bagi seluruh manusia. Seperti takdir seorang anak yang dibunuh oleh Nabi Khidir untuk menjadi pelajaran bagi Nabi Musa dan ummat manusia setelahnya, termasuk kita.

Yang pasti, hari ini aku masih sempat tertawa. Oleh sebuah persitiwa yang sengaja diciptakan Allah untukku, agar sejenak jiwa yang sedang gundah ini dapat merasakan warna yang lain. Warna kehidupan….

Read More ..

Sunday, January 11, 2009

MENANGIS SAJA TAKKAN PERNAH CUKUP


Aku menuliskan posting ini sambil menangis diam-diam. Meski ku tahu, menangis saja takkan pernah cukup. Aku menuliskan posting ini dengan jari-jari yang gemetar, mungkin karena aku sedang takut. Takut pada pertanyaan Allah kelak tentang dimana aku ketika semua potret ini terjadi. Ya, POTRET INI! Lihatlah mereka DISINI! Lihatlah MEREKA!!!

Aku menulis posting ini dalam lara, dalam amarah, yang ingin meledak di suatu tempat dimuka bumi yang dihuni oleh sebuah kaum terkutuk, Yahudi la’natullah. Dan takkan ada kompromi untuk mereka dalam pikiranku, dalam jiwaku dan keyakinanku. Sejak dahulu, hingga saat ini, dan sampai mereka itu kelak bersembunyi di balik batu dan batu-batu itu berbicara menunjukkan persembunyian mereka, seperti janji Allah…

Dan sekali lagi aku menangis. Sedikit meraung. Menyesali ketidak berdayaan diri. Menyaksikan deretan wajah anak-anak tanpa dosa yang menjadi korban kebiadaban. Meski ku tahu di wajah mereka ada bahagia. Sebab merekalah anak-anak surga. Dan aku tak faham, mengapa potret ini tak mampu menyentuh hati sebagian orang.


Anda bisa mendukung misi kemanusiaan MER-C ke Palestina dengan menyalurkan bantuan untuk rakyat Palestina ke: BCA cab Kwitang: No. Rek. 686.0153678 BSM cab. Kramat: No. Rek. 009.0121.773 (a.n. Medical Emergency Rescue Committee) BMI cab. Arthaloka: No. Rek. 301.00521.15 (a.n. MER-C) Semoga apa yang kita lakukan memberi manfaat yang besar bagi rakyat Palestina dan semoga apa yang rekan-rekan blogger lakukan menjadi amal baik yang senantiasa tercatat di sisi Allah. Amien.




Read More ..

Saturday, January 10, 2009

BERUBAH ITU SULIT, TAPI KONSISTEN JAUH LEBIH SULIT

Sahabat, sejak pergantian tahun beberapa hari yang lalu, kesibukan telah merenggut waktuku untuk melaksanakan sebuah kewajiban, posting. Akhirnya, dengan berat hati blog jelek ini harus menampilkan wajah yang sama dalam beberapa hari. Memalukan! Pada awalanya, memulai untuk menulis sketsa pikiran di blog itu sangat sulit. Membutuhkan kerja keras untuk merangkai ide-ide dan pikiran-pikiran di dalam kepala, menjadi sebuah tulisan yang enak untuk dibaca (setidaknya bagi penulis dan BIFC=Bang Irwan’s Fans Club=walah..walah…narsis pisan euy!). Sebab memulai untuk berubah itu cukup sulit.

Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, merangkai ide dan pikiran itu seperti bukan hambatan lagi. Sebab ide-ide terus saja mengalir dan pikiran-pikiran besar terus saja berkecamuk. Jari jemari pun semakin lincah menari mengikuti sketsa ide dan pikiran menjadi sebuah narasi sederhana. Tapi persoalannya kemudian adalah, konsistensi. Ya, konsistensi itulah yang ternyata jauh lebih sulit. Saat agenda semakin padat dan aktivitas semakin banyak, justru yang diperlukan adalah konsistensi. Sebab ternyata, karya itu bukanlah prestasi pada satu waktu, melainkan akumulasi kerja yang terus menerus konsisten dilakukan hingga menemukan momentum ledakannya.

Sahabat, seperti itulah hidup mengajarkan kita. Ternyata segala sesuatunya bisa kita ubah, dan kata kuncinya adalah ‘konsisten’. Perhatikanlah sebuah bongkahan batu besar yang di atasnya menetes air. Secara logika, tetes-tetes air itu mustahil mampu merubah bentuk bongkahan batu itu menjadi berlubang. Tetapi jika tetesan air itu terus menetes hingga puluhan tahun pada titik yang sama, ternyata batu yang kokoh itu dapat berlubang. Itulah konsistensi.

Seperti itu pula kita. Terlalu banyak hal yang menurut kita terlalu mustahil untuk seorang ‘Aku’ menghadapinya dalam hidup ini. Seperti kemustahilan tradisi suku Indian yang menari untuk meminta hujan saat kemarau, dan ternyata hujan itu betul-betul turun. Dan bukan hanya sekali dua kali tradisi tarian itu suskses mendatangkan hujan, tapi setiap kali mereka menari pasti turun hujan. Apakah mereka mampu melawan takdir? Bukan. Mereka selalu sukses mendatangkan hujan lewat tarian sebab mereka konsisten melakukannya. Mereka tidak akan berhenti menari hingga hujan benar-benar turun membasahai tanah meraka. Meskipun harus menarai seharian, sepekan, setahun, bahkan hingga kiamat. Itulah konsistensi.

Sahabat, bahkan jika ingin jujur mungkin sebagian besar kegagalan kita dalam hidup ini adalah buah dari ketidakkonsistenan kita pada perubahan-perubahan yang telah direncanakan. Mungkin fisik kita lemah dan sakit karena tidak pernah konsisten berolah raga. Mungkin pikiran kita dangkal karena kita tidak konsisten membaca buku. Mungkin hubungan dengan pasanagn kita semakin renggang karena kita tidak konsisten mengucapkan kata cinta. Bahkan mungkin bisnis kita gagal dan berantakan hanya karena kita tidak konsisten menepati janji. Berubah itu sulit, namun konsisten itu jauh lebih sulit.

Read More ..

Thursday, January 01, 2009

2009: HOPE AND CHANGE

Tahun kerja baru, 2009. Pertanda satu siklus kerja sudah berlalu. Waktunya untuk mengevaluasi capain kinerja selama setahun. Pilihannya sederhana: “Sangat Baik”, “Baik”, “Cukup”, “Buruk”, dan “Sangat Buruk”. Dan, setelah ku timbang-timbang maka dengan jujur harus ku akui jika 2008 adalah tahun “Buruk” dalam kinerjaku. Nilainya “D”. Hampir tak ada target 2008 yang terealisasi. Meskipun sebagiannya terangkai setengah-setengah, tapi tetap saja tidak tercapai. Itu artinya, ikhtiarku tahun lalu masih jauh dari optimal. Hari-hari yang penuh kegagalan. Meski ku yakin, jika kesuksesan, selalu lahir dari tangga-tangga kegagalan. Bahwa orang-orang besar hanya lahir dari tekanan-tekanan yang besar pula..

So, what next? Seperti biasa, awal tahun kerja selalu aku mulai dengan HOPE, HARAPAN. Harapan tentang sepenggal waktu yang akan datang. Harapan tentang peristiwa-peristiwaku dalam 360 hari ke depan. Tentang mimpi. Tentang obsesi. Tentang serpihan-serpihan karya yang harus aku toreh, agar kelak terakumulasi menjadi sejarah. Sejarah tentang aku dan dunia. Sejarah tentang aku di antara berjuta manusia. Sejarah tentang aku di tengah karya-karya para legenda yang pernah ada…

Yang rumit dari HOPE ku tahun ini adalah bagaimana mengambil pilihan-pilihan harapan yang jumlahnya sangat banyak menjadi beberapa target saja. Belum lagi HOPE tahun lalu yang tak sempat selesai. Semuanya menunggu untuk direalisasikan. Meskipun demikian, akhirnya aku harus menetapkan harapan tahun ini. Harapan-harapan yang terus berkecamuk dalam pikiranku. Maka, tahun ini aku berharap:

1. Lembaga pendidikan dan pengembangan SDM telah beroperasi
2. Income more than Rp. 5 million
3. Menerbitkan satu buku (perdana)
4. Perbaikan rumah 70%
5. Kesehatan semakin baik (setidaknya asthma berkurang dan bronchitis sembuh total)
6. Badan kembali proporsional (berat maksimal 60 kg)
7. Mengisi pelatihan professional minimal sekali sebulan
8. Memulai rencana proyek S2

Itulah MY 8 HOPE IN 2009. Cukup sederhana dan telah memenuhi kriteria SMART dalam the goal setting strategy yang aku pahami. Berikutnya aku akan mengurai MY 8 HOPE IN 2009 di atas ke dalam penggalan-penggelan waktu untuk dilaksanakan. Menjadi Time Table, my mission in 2009. Dan selanjutnya tinggallah merealisasikan 8 target-target itu hingga tetes darah penghabisan. Hingga matahari 2010 terbit dari timur satu tahun yang akan datang.

Pekerjaan kedua adalah CHANGE, PEBERUBAHAN. Ya, untuk merealisasikan MY 8 HOPE IN 2009 maka banyak hal yang mesti aku ubah. Sebab Allah tidak akan merubah nasibku sebelum aku merubah apa yang ada pada diriku sendiri. Maka sebelum MY 8 HOPE IN 2009 itu terealisasi dalam kehidupan, reaksi kimia dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam diriku harus terbentuk lebih dahulu. Reaksi kimia dalam keyakinan (believe), reaksi kimia dalam pemikiran (thinking), reaksi kimia dalam sikap dan tindakan (attitude), serta reaksi kimia dalam kinerja (performance). Kolaborasi reaksi kimia itulah yang kelak akan menciptakan ledakan. Ledakkan kesuksesan MY 8 HOPE IN 2009.

First, Aku harus mengubah keyakinanku. Believe yang awalnya setengah-setengah saja menjadi believe yang penuh dan utuh. Believe yang mengantarkan mata batinku mampu melihat HOPE itu telah terwujud. Believe yang bisa membawa seluruh indraku merasakan euphoria kesuksesannya. Believe yang begitu kuat, hingga seolah-olah HOPE itu telah terlaksana seluruhnya. Believe yang mampu menulari pikiran, perasaan, sikap dan tindakan-tindakanku. Believe yang begitu nyata…

Second, Aku harus mengubah struktur berpikirku. Dari negative thinking menjadi positive thinking. Dari berpikir lemah menjadi berpikir kuat. Struktur berpikir yang memandang setiap bagian kehidupan ini dalam kacamata positif, dalam bingkai optimisme, dalam perspektif pertarungan. Oleh karena itu pikiranku harus senantiasa mengkonsumsi informasi positif, positif dan positif. Sehingga yang lahir hanyalah pikiran-pikiran besar, bukan pikiran sempit dan picik.

Third, Aku harus mengubah tindakan dan sikapku. Tindakan dan sikap (attitude) adalah buah dari pikiran. Pikiran postif melahirkan tindakan positif, begitu pula sebaliknya. Kumpulan attitude dalam waktu yang lama disebut habit (kebiasaan). Dan habit inilah yang membentuk karakter. Habit pada awalnya diarahkan oleh setiap kita, tapi dalam waktu yang relative singkat, habitlah yang akan mengarahkan hidup kita. Habit positif akan mengarahkan kita menjadi positif, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pekerjaan terberat pada tahap ini adalah bagaimana “memaksa” diri untuk membuat habit positif dan membuang habit negative. Hampir semua habit negative adalah kenikmatan yang segera, sementara habit positif selalu berupa kenikmatan yang tertunda.

The last, Aku harus mengubah kinerjaku. Performance adalah tampilan prestasi dalam rentang waktu tertentu. Pada tataran praktisnya performance dibentuk oleh Knowledge dan Skill. Tetapi pondasinya adalah believe, thinking, motivation, dan attitude. Jadi performance itu adalah akumulasi dari sebuah reaksi positif yang kompleks dan konsisten. Inkonsistensi dapat merobohkan performance seketika. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan yang kuat dan keyakinan yang besar untuk mampu mewujudkan performance yang luar biasa.

So, setelah itu adalah memulai. Memulai langkah pertama dari sejuta langkah yang harus ku tapak tahun ini. Memulai langkah-langkah pasti yang tak kenal kata untuk mundur kembali. Menyongsong obsesi-obsesi besarku tahun ini. Dengan believe, thinking, attitude, dan performance seorang pemenang, seorang CHAMPION!!!

Read More ..