Saturday, November 29, 2008

DEMI YOUNG MOSLEM


1. Dari Mana Blog Kalian Berasal?
Dari Kota Maya Metropolitan: BLOGSPOT

2. Kapan dilahirkannya blog kalian??
3 Bulan yang lalu

3. Kesulitan apa saja yang ada saat membuat blog kalian??
Nothing. Kan ada mbah Google!

4. Mengapa membahas topik yang kalian bahas sekarang??
Karena setiap orang butuh inspirasi.

5. Kenapa tampilan blog kalian menggunakan template itu??
Warnanya BIRU

6. Apa yang pertama kalian lakukan saat blog kalian baru jadi??
Bengong!

Sudah! So easy! But, this is the last!

Tugas ini kuberikan pada:
1. Wawan
2. Si tukang ngantoek
3. Akhwat 88
4. Irwan,ST
5. Dunia Indah
6. Shinta
7. Priwa
8. sharing ide
9. Andi Has

Read More ..

Saturday, November 15, 2008

JIKA MUSIBAH JADI BIASA

Saat ini musibah sepertinya begitu akrab di telinga kita. Melalui Koran, Radio, TV, Internet, atau cerita-cerita renyah kita saat sedang ngopi di sore hari. Silih berganti musibah-musibah itu menyapa saudara kita, bahkan mungkin juga kita. Ada banjir, tanah longsor, kebakaran, gempa bumi, hingga ancaman tsunami, semuanya dihidangkan hangat melalui media massa setiap harinya…

Mata kita juga disuguhi pemandangan pilu. Ada tangis bocah yang kehilangan orang tua, ada erang kesakitan lelaki yang terhempas gempa, juga jerit pilu perempuan setengah baya yang terbakar seluruh hartanya. Semuanya menyatu dalam suguhan pagi di rumah kita…

Sahabat, terkadang semua kisah itu berlalu begitu saja. Seperti iklan komersil yang tak menarik lagi untuk disimak, apa lagi untuk dihayati dan dimaknai. Apakah ini pertanda telah hilangnya nurani kita? Mungkin tidak! Nurani kita mungkin masih pada tempatnya. Sensitivitas kita juga mungkin masih pada bentuknya. Lalu, apa yang salah?

Yang membuat musibah itu menjadi biasa-biasa saja adalah karena ia hadir setiap hari di telinga kita. Ia muncul setiap saat di depan mata kita. Ia datang silih berganti menggedor-gedor nurani kita. Hingga akhirnya, jeritannya menjadi biasa, pemandangannya menjadi biasa, tragedinya menjadi biasa. Semuanya menjadi biasa. Lalu esok datang, dengan cerita yang lain lagi. Cerita yang biasa…

Sahabat, mungkin yang kita butuhkan adalah memperbanyak taubat. Sebab musibah yang silih berganti itu adalah pesan Allah buat kita semua. Bahwa sepertinya ada yang mesti kita benahi dari diri kita, dari masyarakat kita, dari bangsa kita. Bahkan musibah itu bisa jadi pesan yang lebih keras, semacam peringatan dari Allah bahwa sepertinya kita sudah terlalu jauh meninggalkan-Nya. Sebab Dia mencintai kita, lebih dari cinta kita kepada-Nya…
Read More ..

Friday, November 14, 2008

KETIKA KITA DIPERSIMPANGAN

Sahabat, ada saat dimana kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidup. Pilihan-pilihan yang terkadang menyakitkan dan menuntut pengorbanan. Menjadi begitu rumit, sebab pilihan-pilihan itu membutuhkan keikhlasan yang dalam dan keberanian yang besar. Sebab terkadang pilihan-pilihan itu sangat menentukan keberlanjutan hidup kita. Itulah momentum, saat kita di persimpangan…

Sulit memang, tapi kita harus menentukan pilihan. Bahkan, berdiam diri dan membiarkan segalanya berjalan apa adanya juga adalah sebuah pilihan. Hanya saja, pilihan yang kita ambil dari sebuah kepasrahan atau menyerah, adalah pilihan yang selalu diikuti penyesalan. Penyesalan atas kelemahan jiwa yang telah membiarkan segalanya berlalu tanpa pendirian.

Sahabat, kita memang harus memilih. Meskipun saat pilihan-pilihan itu datang, perang batin berkecamuk di dalam dada. Perang yang melahirkan air mata, juga tangis, dan meledak pada waktu sendiri, dalam sepi, dalam sunyi. Mengalir bersama ratapan khusyuk kepasrahan di hadapan Allah yang kuasa menentukan nasib setiap hamba-Nya. Tak peduli, siapa pun ia…

Sahabat, kita harus mengambil pilihan. Sebab pilihan yang kita ambil itulah yang melahirkan keterhormatan. Keterhormatan diri atas pendirian yang tak goyah oleh beratnya pilihan-pilihan. Apa pun hasilnya kemudian. Entah menyakitkan, atau sesuai harapan, tak perlu kita risaukan. Sebab hasil itu, Allah lah yang memutuskan, kita hanya bisa merencanakan.

Sahabat, saat kita telah di persimpangan, ambillah sebuah pilihan. Seberat apa pun itu. Sesakit apa pun itu. Serumit apa pun itu. Sebab, pilihan kita itulah yang memberikan pelajaran berharga tentang suatu keputusan. Sebab persimpangan itu, mungkin akan hadir kembali di masa yang berbeda, kelak, dalam rentang usia yang tak seberapa.

(Aku tulis untuk saudaraku, sahabatku, teman seperjuanganku di jalan da’wah, yang tengah di persimpangan, untuk memutuskan nasib bahtera rumah tangganya yang sedang goyah. Sebab jarak, tak mengizinkan kita bertukar asa dalam cengkrama seperti biasa. Akhuna fillah fi Papua, uhibbuka fillah, ya akhi! Uhibbuka fillah…)
Read More ..

Thursday, November 13, 2008

DIALOG PENGANTIN

Sahabat, biar otak kagak kram dan bisa fresh sedikit, ada baiknya kita ikuti dialog dibawah ini. Dialog ini membandingkan bagaimana percakapan sepasang pengantin baru dan bagaimana dialog pasangan yang sudah sangaaat lama, tentu saja ini hanya guyon. Dialog ini aku peroleh dari email teman kuliah dulu, namanya Idwar Zulkifli (Ewa’). Dialognya aku edit sedikit, biar lebih sopan…



Berselang 5 JAM setelah menikah, sepasang pengantin baru saling bercengkrama…

Suami : Akhirnya aku sudah menunggu saat ini tiba sejak lama…
Istri : Apakah kau rela kalau aku pergi ?
Suami : Tentu Tidak!! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu…
Istri : Apakah Kau mencintaiku ??
Suami : Tentu !! Selamanya akan tetap begitu…
Istri : Apakah kau pernah selingkuh ??
Suami : Tidak !! Aku tak akan pernah melakukan hal itu…
Istri : Maukah kau menciumku ??
Suami : Ya!
Istri : Sayangku.... ...


Berselang 5 TAHUN setelah menikah, sepasang suami istri bercengkrama...
Bacalah dialog di atas dari BAWAH ke ATAS

Read More ..

JADILAH MATAHARI

Sahabat, perhatikanlah rembulan. Indah, sejuk, romantis, damai, memberi arah, penuh makna, sarat cerita. Tapi, tetap saja rembulan hanyalah benda langit yang cahayanya tergantung matahari. Dan ketika matahari enggan member sinarnya, maka rembulan hanyalah benda langit biasa. Lalu, perhatikan pula matahari. Panas, silau, membakar, penat dan segala kesukaran yang ada didalamnya. Tetapi, mataharilah sumber cahaya. Ia ada meski yang lain tiada. Dan ia akan tetap ada, meski yang lain enggan untuk ada.

Sahabat, setiap kita memiliki sifat seperti bulan atau matahari. Seperti bulan, kita ada ketika orang lain memberi. Kita hanya berharga ketika orang lain memuji. Kita merasa bermakna ketika orang lain mengapresiasi. Dan ketika orang lain enggan, maka kita pun menjadi manusia biasa kembali. Seperti itulah seorang bulan. Maka kebaikannya hanya muncul disaat datang hujan pujian. Kelembutannya hanya hadir saat mengalir kekaguman. Dan ketika pujian dan kekaguman itu tiada, maka dia pun tak punya makna.

Seorang matahari, sungguh jauh berbeda. Dialah yang menerangi apa yang ada di sekitarnya. Tak peduli dengan pujian ataupun gunjingan, kebaikan harus diamalkan, kebenaran harus disebarkan. Terkadang memang ada awan yang menjadi halangan, atau sekedar perputaran siang dan malam, tetapi itu tak membuatnya berhenti bersinar, memberikan makna bagi kehidupan.

Sahabat, jadilah matahari! Hiduplah apa adanya tanpa bergantung pada pujian. Berjalanlah dengan sederhana tanpa beban kekaguman. Melangkahlah dengan pasti tanpa mencederai keikhlasan. Sebab takdir adalah rahasia semesta yang harus kita raih dengan keyakinan, bukan ketergantungan.

Sahabat, jadilah matahari!
Read More ..

Wednesday, November 12, 2008

DO'A SEORANG BUJANG

Sahabat, selama ini postinganku terkesan serius. Sampai ada sahabat yang memberikan saran dan kritiknya, namanya Conan. Trus, ada lagi yang kasih masukan, katanya humor itu penting, biar gak cepat tua. Soalnya anti aging sudah semakin mahal. Itu kata Wina, Bos BHSC Bandung. Jadi, iseng-iseng aku berselancar mencari ide-ide garing nan legit, hingga sampailah aku di 'rumah' blog mas Yudhi (www.yudhim.blogspot.com), dan ternyata ada sebuah DO'A disana. DO'A untuk para lajang yang kepengen sekali menikah...


"Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku,
dekatkan lah...
Tapi kalau bukan jodohku,
Jodohkan lah....

Jika dia tidak berjodoh denganku,
maka jadikanlah kami jodoh...

Kalau dia bukan jodohku,
jangan sampai dia dapet jodoh yang
lain, selain aku...

Kalau dia tidak bisa di jodohkan
denganku ,
jangan sampai dia dapet jodoh yang lain,
biarkan dia tidak berjodoh sama seperti
diriku...

Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh,
jodohkanlah kami kembali...

Kalau dia jodoh orang lain,
putuskanlah ! Jodohkanlah dengan ku....

Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain,
lempar orang tersebut ke laut dan
kemudian jodohkan kembali dia dengan
ku ...

"Amin..." .

Read More ..

Tuesday, November 11, 2008

PAHLAWAN ITU ADALAH KITA

Sahabat, hari ini tanggal 10 Nopember, Hari Pahlawan. Sebuah momentum yang menyadarkan kita kembali tentang sejarah bangsa ini, Indonesia. Bangsa yang dibangun oleh parade para pahlawan dalam setiap episod sejarahnya. Bangsa yang bangkit dari kubangan darah dan air mata founding fathers-nya. Bangsa yang besar dalam keberagaman rakyatnya.

Lalu apa makna hari pahlawan tahun ini bagi kita?

Sahabat, bagiku hari pahlawan tahun ini adalah momentum lahirnya kembali para pahlawan sejati. Untuk membawa bangsa yang sedang krisis ini menjadi Indonesia yang berkah. Hari pahlawan tahun ini adalah momentum bagi kita untuk menyeka air mata ibu pertiwi, atas rasa duka pada kondisi perempuan Indonesia yang tak kunjung mampu melahirkan pahlawan-pahlawan baru.

Maka bagiku, para pahlawan itu bukan untuk ditunggu kelahirannya. Sebab mereka telah lahir ke dunia bersama pusaran krisis yang melanda negeri kita. Hanya saja mereka belum menyadari takdir sejarahnya, bahwa di tangan merekalah sebuah bangsa sedang menggantungkan nasib dan harapannya. Mereka hanya perlu tamparan-tamparan kecil untuk membangunkan dari tidur panjangnya.

Sahabat, para pahlawan itu adalah kita! Anak bangsa yang sedang tumbuh menjadi para ksatria. Pada awalnya memang kita bukan siapa-siapa, dan tak punya senjata apa-apa. Tapi hidup telah membentuk kita, krisis telah mendewasakan kita, dan sejarah telah mengajari kita, bahwa takdir kepahlawanan itu harus diraih oleh anak-anak muda yang semangatnya tak pernah mati. Sebab kita masih memilki energy ini, OPTIMISME…

Sahabat, tak perlu pertanyakan kemana takdir akan membawa kita. Tak perlu diskusikan sisi mana dari kepahlawanan itu yang menjadi bagian kita. Kita hanya perlu berjanji, bahwa setiap tarikan nafas kita, dan setiap ayunan langkah kita, adalah untuk kabangkitan Indonesia…

Ibu Pertiwi


Kulihat ibu pertiwi, Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang, Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan, Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah, Merintih dan berdoa
Kulihat ibu pertiwi, Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu, Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta, Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka, Untuk nusa dan bangsa


Read More ..

Monday, November 10, 2008

GAIRAH HIDUP

Sahabat, sering kita melihat seorang kakek yang sudah bercicit, namun masih memilki semangat hidup yang luar biasa. Usia senja tak menghalanginya dari berbagai aktivitas produktif setiap harinya. Aku mengenal beberapa orang yang seperti ini, salah satunya Kakekku. Meskipun usia beliau sudah 78 tahun lebih, namun semangat hidupnya tak pernah kalah oleh cucunya yang masih muda.

Setiap hari beliau berangkat ke kebun dan membawa pulang berbagai jenis buah di sore harinya. Pada hari minggu, beliau tak pernah luput mengunjungi teman-teman seperjuangannya dengan menggunakan sependa ontel dan topi khas pejuang ’45 miliknya. Jarak tempuhnya bisa sampai 40 kilometer dalam sehari. Sebuah semangat yang luar biasa…

Tapi di saat yang sama pada tempat yang berbeda, aku juga sering menemukan kondisi yang sebaliknya. Terlalu sering aku menemukan adik-adikku yang masih mahasiswa telah kehilangan semangat hidup jauh sebelum mereka menemukan tantangan hidup yang sesungguhnya. Aku pernah memiliki teman kuliah yang seperti itu. Setiap hari dia mengeluh atas apa yang terjadi pada dirinya. Semua kesalahan ditimpakan pada pihak lain, entah itu dosen, asisten, teman kuliah, bahkan papan tulis yang tak bersalah sekalipun menjadi pelampiasannya…

Sahabat, apa yang menjelaskan itu semua? Rahasianya ada pada kata: gairah hidup. Gairah hidup adalah energi yang menghidupkan motivasi setiap orang. Gairah hiduplah yang membakar setiap potensi seseorang menjadi ledakan tindakan yang terus menerus mengalir. Dan gairah hidup tak pernah memandang usia, tua atau muda, jika gairah hidup telah membakar jiwa, maka raga akan lelah mengikuti kehendaknya…

Sahabat, darimana lahirnya gairah hidup?

Pahamilah, gairah hidup lahir dari kedalaman cinta yang bertemu dengan ketinggian optimisme. Cinta menjadi akarnya yang menghunjam, dan optimisme menjadi pohonnya yang menjulang. Cinta kepada semua yang masih ada bertemu dengan optimisme pada harapan yang akan datang. Seperti itulah cinta dan optimism bertemu, melahirkan energi gairah hidup yang bergelombang…

Sahabat, nyalakanlah gairah hidup anda! Sebab gairah inilah yang membantu kita senantiasa bangkit dalam setiap kejatuhan. Gairah inilah yang membuat kita tetap tegak berdiri ditengah badai ujian yang silih berganti. Gairah inilah yang menguatkan kita mengukir takdir sejarah dengan gagah, hingga manusia kelak menceritakan kisahnya…

Gairah inilah, gairah hidup…
Read More ..

Sunday, November 09, 2008

APA YANG KAU CARI?

Sahabat, tak jarang kita membanggakan banyak hal dalam hidup ini. Atas apa yang telah kita raih dengan bersusah payah. Atau pun hanya karena kebetulan takdir baik yang menghampiri kita. Entah itu jabatan, jenjang karir, kendaraan mewah, deposito milyaran rupiah, atau hanya karena Tuhan memberikan karunia wajah yang lebih tampan atau cantik, kulit yang lebih putih dan halus, atau sekadar tubuh yang lebih ramping dan tinggi semampai.

Sahabat, semua itu adalah karunia Allah yang wajib disyukuri. Sebab tidak semua orang diberikan nikmat yang serupa. Akan tetapi, apakah itulah yang kita cari dalam hidup? Apakah memang itulah yang menjadi tujuan akhir dari perjalanan panjang kita?

Sahabat, ada sebuah kisah yang patut untuk direnungi. Dahulu ada 3 pemuda yang hidupnya serba kekurangan. Suatu hari mereka bertemu dengan seorang tua bijaksana yang menjanjikan akan mengubah hidup mereka. Si tua bijaksana meminta 3 pemuda melakukan sebuah pekerjaan. Mereka diminta masuk ke dalam sebuah goa yang gelap gulita tanpa membawa penerangan. Kemudian mereka diminta mengambil batu sebanyak mungkin yang mereka bisa dari dalam goa tersebut.

Pemuda pertama berpikir, bukankah si tua bijaksana meminta aku mengambil batu sesuai yang aku bisa? Buat apa menyusahkan diri dengan mengambil banyak. Maka dia pun mengambil 2 bongkah kecil batu seukuran genggaman tangan, satu di tangan kanan dan satunya lagi di tangan kiri. Lalu beranjak keluar…

Pemuda kedua berpikir, aku hanya akan mengambil batu sesuai kemampuanku, seperti permintaan si tua bijaksana. Maka, dia pun meraup beberapa bongkah batu dan membawanya dalam pelukan tangan. Lalu beranjak keluar…

Pemuda ketiga berpikir, si tua bijak sana meminta aku mengambil sebanyak mungkin yang aku bisa. Bukankah dia berjanji akan memberikan yang lebih baik sebagai imbalan pekerjaan ini? lagi pula, si tua bijaksana sudah terlalu tua untuk melakukan pekerjaan ini sendiri. Maka, dia pun membuka baju yang dia pakai. Di atas baju tersebut dia menyusun bongkahan-bongkahan batu dengan rapih. Kemudian memikulnya keluar goa dengan susah payah…

Sahabat, ketika ketiga pemuda tersebut sampai di luar dengan bawaan mereka masing-masing, tiba-tiba mulut goa telah tertutup oleh bongkahan batu yang sangat besar. Ketiga pemuda tidak mungkin masuk kembali. Di depan mulut goa si tua bijaksana telah menunggu mereka. Lalu si tua bijaksana meminta tiga pemuda melihat apa yang telah mereka bawa dari dalam goa yang gelap gulita itu. Ketiga pemuda terpeanjat kaget tak percaya. Yang mereka bawa adalah bongkahan-b ongkahan emas murni berbentu batu.

Pemuda pertama meraung-raung menyesali nasibnya yang baru saja berlalu. Penyesalan atas kemalasan diri yang harusnya tidak perlu. Pemuda kedua menangis keras sambil memukul-mukul kepalanya. Menyesali jiwa yang hanya mampu menakar diri dengan takaran sederhana. Pemuda ketiga tak kalah histeris, menyumpahi kobodohan pikiran yang tak sempat digunakan. Padahal jika ia masuk membawa gerobak, tentu hidupnya akan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Nah, sahabat. Pesan moralnya bukanlah pada nilai kerja keras ketiganya yang berbeda. Tapi pada ketidaktahuan mereka terhadap apa yang mereka cari di dalam goa. Seperti juga hidup kita. Allah telah memberikan waktu dan kesempatan yang sama. Lalu setiap kita mengisinya dengan kerja keras yang berbeda-beda. Tapi persoalnnya bukanlah seberapa keras kita bekerja, tapi apa yang kita cari dengan bekerja?

Sahabat, banyak orang yang menghabiskan seluruh usianya dengan kerja keras, membangun dinasti bisnis raksasa dan tak terkalahkan. Namun ketika semua telah diraihnya, dia tetap merasa hampa. Ternyata, apa yang dikerjakannya sepanjang usia, tidaklah membawanya pada apa yang dicari dalam hidupnya.

Dan tak jarang kita menemukan seseorang yang biasa-biasa saja. Hidup pas-pasan dengan keluarga sederhana. Menjalani hidup apa adanya. Tapi dari gurat wajahnya tergambar kesyukuran atas hidup yang telah dijalaninya. Keluarga sakinah, anak sholeh dan sholehah, kebutuhan tercukupi, tempat tinggal yang teduh, tetangga yang ramah, ketenangan jiwa, semua menyatu dibalik ekspresi sujud panjangnya…

Jadi, apa yang kau cari sobat? Tidak lelahkah jiwamu mengembara dalam putaran ruang dan waktu untuk mencari sesuatu yang tak kau ketahui apakah itu? Tidak resahkah hatimu melihat penggalan usia yang makin senja dan tujuan hidup itu belum nyata juga? Kembalilah… kembalilah merumuskan lagi jawaban dari pertenyaan yang sederhana… Apa yang kau cari, sobat?
Read More ..

Saturday, November 08, 2008

JANGAN REMEHKAN SEBUTIR PASIR

Sahabat, hidup ini tidak datar. Terkadang kita harus mendaki, menapaki tebing tinggi untuk sampai di puncak. Namun tak jarang kita pun harus merangkak, menuruni jurang terjal yang tak bersahabat. Seperti itulah harmoni hidup ini dibentuk menjadi lukisan berjuta warna yang mengagumkan. Kadang mudah, dan tak jarang begitu sulit…

Seperti seorang pendaki, mereka jarang menyerah oleh tingginya tebing atau terjalnya jurang. Tapi terkadang yang membuat mereka berhenti adalah sebutir pasir. Ya, sebutir pasir yang masuk ke balik kuku kaki, lalu membuat kaki sang pendaki terluka dan akhirnya harus menyerah.

Seperti juga kita, terkadang yang menjatuhkan kita bukanlah tantangan hidup yang terlalu berat. Melainkan hal-hal kecil yang terlalu disepelekan. Seperti janji yang terabaikan, senyum yang tak ditampakkan, kata maaf yang tak sempat diucapkan, atau hanya sekedar terima kasih yang lupa dihaturkan. Ya, terlalu sederhana. Tapi hal kecil itulah yang menyebabkan retaknya persahabatan, rengganya hubungan, dan hilangnya kepercayaan…

Sahabat, jangan remehkan sebutir pasir. Jangan remehkan hal-hal kecil dalam hidup kita. Bukankah kita lebih sering tergelincir oleh batu kecil yang tak terlihat ketimbang bongkahan batu besar yang nyata di depan mata. Berikanlah apresiasi kepada setiap orang apa adanya saat kita masih sempat melakukannya, agar sifat kita yang suka lupa tidak sampai menghancurkan perjalanan hidup kita…
Read More ..

Friday, November 07, 2008

SENJA YANG MENYADARKAN

Senja ini, seperti senja yang kemarin. Kendaraan merangkak perlahan dalam antrian panjang para pekerja yang hendak pulang. Seperti deretan rapih burung-burung yang juga hendak kembali ke sarang. Berhias bunyi klakson bersahut-sahutan tanda hilangnya kesabaran. Seperti juga nyanyian burung yang gembira sambil terbang pulang. Seperti sebuah simfoni, melantunkan syair-sayir kehidupan…

Dalam gerak maju sejengkal demi sejengkal mobil yang ku setir sendirian. Terdengar sayup suara azan maghrib dari radio mobil yang ku setel untuk melepas kebosanan. Ada keteduhan, saat panggilan Tuhan menggema di telinga. Ada kesejukan, saat ajakan kemenangan meresap ke dalam jiwa. Juga ada penyesalan, pada keterbatasan yang membuat diri ini tak mampu bersegera memenuhi panggilan-Nya…

Ah… betapa indah senja ini. Senja yang membawa kesadaranku pada kesendirian. Bahwa setiap kita akan kembali kepada-Nya kelak, dengan sendiri-sendiri. Hiruk pikuk kehidupan, adalah ujian-ujian yang mesti dipertanggungjawabkan, sendirian…

Ah… betapa damai senja ini. Senja yang membuatku terharu, tanpa sadar, meneteskan butir bening air mata penyesalan. Atas ketidak mampuan mensyukuri nikmat hidup yang begitu berharga. Atas kesombongan diri, yang tak pernah mau mengakui kekuasaan-Nya atas setiap peristiwa.

Ah.. senja ini. Mengingatkanku pada usia. Ya, usia yang sedang berjalan kea rah senja. Oleh waktu yang tak pernah kompromi. Dan ketika senja itu tiba, entah diri ini berada di bagian senja yang mana…
Read More ..

Thursday, November 06, 2008

MANUSIA-MANUSIA PETARUNG

Sahabat, judul postingannya manusia-manusia petarung. Siapakah mereka? Mereka adalah sahabat-sahabat kita yang tak jauh, mereka dekat. Mereka adalah para wartawan. Mereka yang siang malamnya terus berlari, tanpa henti, memburu berita, menyingkap tabir, menguak kebenaran. Aku kagum dengan mereka. Orang-orang gigih dan pantang menyerah. Meredam ego, mereduksi keakuan. Membawa inspirasi bagi banyak orang, apa adanya.

Mereka juga manusia biasa, yang punya cerita, tentang cinta, cita-cita, juga asa. Mereka juga seperti kita, bisa tertawa, menangis, bercanda dan juga marah. Tapi mereka adalah petarung, yang setiap jengkal usia mereka adalah pertempuran, antara kebenaran dan kepalsuan. Dalam hujan, dalam terik, dalam hening malam…

Mereka juga terkadang salah, keliru, bahkan menyakiti. Lewat tinta yang tak pernah kering, tulisan yang garing, dan berita yang terkadang miring. Itulah mereka, apa adanya. Tapi tetap saja mereka adalah petarung, yang menjadi mata kita, menjadi telinga kita, dan mewakili keingintahuan kita. Berkejaran dengan detik, berlomba dengan menit, mengendarai angin, hanya untuk menyampaikan kebenaran untuk kita, apa adanya.

Sahabat, merekalah orang-orang bermental baja. Melawan dunia dengan ketajaman mata pena. Merekalah yang mewarnai hidup kita yang hitam putih menjadi berjuta warna. Dengan kisahnya, dengan eposnya, juga legendanya…
Mereka, manusia-manusia petarung, sahabat kita…

Dedictaed for,
Jumadi Mappanganro, teman seperjuangan di kampus merah
Icha, yang selalu menyapa dan menegur apa adanya
Juga, Samya Nugrah Miskad, yang kini entah dimana…
Be the best journalist my friend…
Read More ..

Wednesday, November 05, 2008

HARI INI PENTING

Sahabat, jika kualitas hidup kita dalam satu hari dapat diukur dari skala 0 sampai 10, maka kira-kira kualitas hidup kita hari ini atau kemarin bernilai berapa? Tentu saja nilai kualitasnya dilihat dari bagaimana kita menggunakan 24 jam waktu hidup kita dalam sehari. Dan tentu saja bobot nilai aktivitasnya berdasarkan nilai kemanfaatan dan kesesuaian dengan tujuan hidup setiap kita.

Maka jika dalam sehari kita mengisi waktu kita dengan segala hal yang mendekati kutub tujuan hidup kita, maka makin tinggilah bobot nilainya. Dan sebaliknya, jika dalam sehari setiap waktu kita dihiasi oleh aktivitas yang menjauh dari kutub tujuan hidup kita, maka kecil pulalah nilainya…

Nah, sahabat, silahkan anda menilai…

Berapa pun nilai yang kita berikan pada setiap hari yang terlewatkan, tetap saja semuanya telah berlalu, dan tak mungkin kembali. Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh banyak orang, temasuk saya tentu saja, adalah keyakinan bahwa selalu ada waktu esok bagi kita untuk melakukan hal-hal penting, dan tidak mesti hari ini.

Sahabat, keyakinan seperti inilah yang menjadi penyebab rendahnya nilai hidup kita dalam sehari. Keyakinan yang menyebabkan kita terbiasa menunda dan menunda. Keyakinan yang membenarkan kita untuk mengisi hari ini dengan terlalu banyak canda, tawa, serta berleha-leha. Padahal, hidup kita hari ini mestinya adalah hidup yang paling istimewa, sebab esok belum tentu ada…

Sahabat, hari ini penting. Jika kita mampu mengukir prestasi terbaik hari ini, mengapa harus esok. Jika kita mampu melahirkan karya saat ini, mengapa menunggu nanti. Padahal esok adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan, sementara hari ini segera menjadi kemarin.

Sahabat, hari ini penting. Sebab kelapangan yang ada belum tentu hadir di esok kita. Jika kesempitan telah menghampiri, maka tiada kuasa diri kita untuk melapangkannya. Dada punmenjadi sempit, nafas tersengal, pikiran kalut. Tiada berguna penyesalan atas nikmat kelapangan yang tak pernah kita syukuri…

Sahabat, hari ini penting. Sebab kesehatan yang kita miliki hari ini, belum tentu ada di esok kita. Selalu saja ada ruang yang mudah bagi penyakit mendatangi kita. Dari hanya sekedar sakit kepala yang membuyarkan konsentrasi dan fokus, hingga sakit jantung yang siap merenggut nyawa kita. Sungguh aneh manusia, seluruh waktunya di usia muda digunakan untuk mencari uang dan mempertaruhkan kesehatan, tapi diusia tua seluruh uangnya dibelanjakan untuk memperoleh kembali kesehatannya…

Sahabat, hari ini penting. Sebab ajal tak pernah kompromi untuk menunda, meski hanya untuk sedetik. Tak pernah… tak pernah… maka gunakanlah hari ini sebagai hari teristimewa…
Read More ..

Tuesday, November 04, 2008

HIDUP MEMANG KERAS, KAWAN...

Sahabat, ngeri juga tadi aku menyaksikan sentilan Bang One di TVOne. Indikasi akan terjadinya PHK besar-besaran diseluruh dunia akan terjadi. Bahkan diperkirakan di Indonesia saja akan terjadi gelombang PHK hingga 2 juta tenaga kerja jika pemerintah gagal mengantisipasi dampak krisis global saat ini. Masya Allah, akan seperti apa wajah negeri kita dengan tambahan pengangguran baru yang notebenenya rata-rata sudah berkeluarga?

Aku menarik nafas dalam-dalam sambil mengurut dada. Belum terbayang krisis macam apa yang akan kita hadapi satu hingga dua tahun kedepan. Yang pasti semua negara-negara maju saat ini sedang pasang kuda-kuda untuk memastikan ketersediaan capital mereka di dalam negeri selalu tercukupi. Maka bisa dipastikan, negara-negara dunia ketiga macam kita akan jadi tumbal demi stabilitas dan kesejahteraan negera-negara maju tersebut.

Dalam skala personal kondisi ini tentu akan lebih tragis. Keterbatasan lapangan kerja yang berbanding terbalik dengan jumlah pencari kerja akan menimbulkan gesekan dan konflik. Banyak orang yang harus mencari pekerjaan baru, demi memenuhi kebutuhan hidup anak istrinya. Industri-industri akan menerapkan model baru dalam rekrutmen tenaga kerja, yaitu sistem kontrak. Sebuah pola kerja yang serba tidak pasti. Lalu, dengan apa keluarga-keluarga mereka bertahan hidup?

Sahabat, mungkin salah satu dari kenalan kita akan terkena imbasnya. Dan mungkin juga kita. Kita tahu bahwa kondisi ini cepat atau lambat akan terjadi, hanya menunggu waktu saja. Pada saat yang sama kita juga tidak bisa menjamin, bahwa diantara korban dari dampak krisis ini bukanlah kita. Mungkin saja kita, dan keluarga kita…

Sahabat, potret realitas di atas seolah-olah ingin mengatakan bahwa betapa berat dan kerasnya hidup ini. Sehingga mereka yang tidak mampu menghadapinya akan tergilas, dan hilang dalam peredaran masa. Tapi mungkin juga ada yang memaknai realitas ini, bahwa betapa tidak adilnya hidup! Mengapa mereka yang sejak awalnya telah berdarah-darah menjalani sejengkal demi sejengkal garis takdirnya dalam kesempitan, harus menanggung beban yang teramat berat. Sementara mereka yang berada, yang siang dan malamnya dalam pelukan kenyamanan, tetap saja berada dalam kenyamanan…

Sahabat, mungkin kita mengeluh. Ya, berkeluh kesah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Itu memang fitrah manusia. Tapi cara mengapresiasikan keluh kesah itu yang menunjukkan kualitas setiap manusia. Tergantung pada perspektifnya tentang hidup. Bagi mereka yang menganggap hidup ini pada dasarnya mudah dan serba menyenangkan, maka kehadiran cobaan dan tantangan hidup akan menjadi keluh kesah. Keluh kesah yang sangat panjang.

Tetapi, bagi mereka yang meyakini bahwa hidup ini memang keras. Ada pertarungan dan kompetisi di dalamnya. Ada keringat, air mata dan juga berdarah-darah dalam menjalaninya. Maka cobaan dan tantangan hidup seberat apa pun lebih dimaknai sebagai bunga-bunga hidup. Mereka senantiasa belajar dari cobaan-cobaan tersebut. Mental mereka bahkan telah berubah menjadi baja oleh tantangan-tantangan tersebut. Mereka, telah dibentuk oleh silih bergantinya badai ujian dan cobaan…

Sahabat, janganlah manja seperti kerupuk. Jadilah baja yang paling kuat di muka bumi ini. Sebab takdir memang tidak pernah memilih. Ketika tiba masanya giliran kita, maka seketika itu juga badai cobaan akan mendatangi kita. Hanya jiwa sekeras bajalah yang mampu tetap tegak berdiri menyongsong setiap cobaan dan tantangan hidup dengan gagah. Sebab, hidup memang keras kawan…

Read More ..

Saturday, November 01, 2008

DI BALIK KEGAGALAN SELALU ADA HIKMAH

Sahabat, tak ada satu pun manusia yang menginginkan kegagalan, semua ingin sebaliknya. Tapi tak satupun manusia dapat menolak kegagalan, sebab ia hadir dalam setiap milio kehidupan. Kegagalan adalah ukuran-ukuran yang tak pernah baku takarannya. Setiap orang berbeda. Setiap zaman berbeda. Setiap tempat berbeda. Karenanya kegagalan selalu memilki makna yang berbeda…
Mengapa berbeda?

Sahabat, untuk menjawab pertanyaan di atas, maka kita perlu memahami anatomi kegagalan. Kegagalan adalah persepsi. Persepsi yang timbul karena adanya gap antara harapan dan kenyataan. Tak peduli gap itu jauh atau tidak, tipis atau menganga, adanya gap itulah yang disebut kegagalan.

Karena kegagalan adalah persepsi, maka besarnya nilai kegagalan pada setiap orang tergantung persepsinya. Jika persepsi anda tentang sekolah adalah naik kelas, maka peristiwa tinggal kelas adalah musibah dan bencana. Tapi jika persepsi anda tentang sekolah adalah ilmu, maka persitiwa tinggal kelas hanyalah masalah waktu. Persitiwa yang sama, tetapi memiliki makna berbeda. Sebab lahir dari persepsi yang berbeda…

Nah sahabat! Dalam persepsi inilah terletak sebuah syubhat. Syubhat, sebab ada unsur ketidakpastian di dalamnya. Sesuatu yang kita persepsi baik untuk kita, belum tentu benar-benar baik untuk kita. Dan sesuatu yang kita persepsi buruk, belum tentu sungguh-sungguh buruk untuk kita. Dari sinilah kita mengenal hikmah.

Kegagalan yang menyebabkan kita tahu penyebabnya adalah hikmah…

Kegagalan yang mengingatkan kita pada keterbatasan diri adalah hikmah…

Kegagalan yang menyadarkan kita tentang kerendahan hati adalah hikmah…

Kegagalan yang menuntun kita pada jalan kesuksesan adalah hikmah…

Kegagalan yang menyelamatkan kita dari keterlanjuran adalah hikmah…

Kegagalan yang mengingatkan kita pada Tuhan, juga adalah hikmah…

Dibalik kegagalan, selalu ada hikmah…

Tapi sahabat, tidak semua orang mampu melihat hikmah. Mereka yang mata hatinya selalu tertutup dan pandangan hidupnya penuh prasangka tidak akan mampu melihat hikmah sebuah kegagalan. Bagi mereka kegagalan itu adalah musibah, bencana, bahkan mungkin azab. Sehingga kumpulan kegagalan yang dialami terus membebani seperti gunung yang terus bertambah. Hidup mereka suram, putus asa, penuh prasangka…

Tetapi bagi mereka yang mata hatinya selalu terbuka, kegagalan senantiasa memberikan jutaan ibrah. Kegagalan seperti rambu-rambu jalan yang menjadi penuntunnya menemukan rel yang sesungguhnya. Kegagalan menjadi pertanda semakin dekatnya pintu kesuksesan. Seperti ribuan kali kegagalan Alfa Edison mengantarkannya pada penemuan bola lampu yang menerangi dunia. Seperti juga ratusan kali kegagalan Kolonel Sanders mengantarkannya pada resep fried chicken yang menghipnotis lidah penduduk bumi.

Sahabat, mungkin saja kegagalan kita kali ini adalah pertanda semakin dekatnya tujuan. Mungkin saja kegagalan kita hari ini adalah cara Allah menyadarkan kita tentang celah-celah kekurangan yang mesti kita tambal. Mungkin saja kegagalan kita sekarang ini untuk menunjukkan kebocoran-kebocoran yang mesti kita tutupi, agar pejalanan menuju tujuan akhir lebih lapang. Semua ada hikmahnya. Dan hanya hati yang jernih dan pikiran terbuka mutiara hikmah dari kegagalan hari ini dapat kita temukan…

So, buka hati, jernihkan pikiran, dan maknailah kekalahan kita hari ini, sobat…
Read More ..