Thursday, November 13, 2008

JADILAH MATAHARI

Sahabat, perhatikanlah rembulan. Indah, sejuk, romantis, damai, memberi arah, penuh makna, sarat cerita. Tapi, tetap saja rembulan hanyalah benda langit yang cahayanya tergantung matahari. Dan ketika matahari enggan member sinarnya, maka rembulan hanyalah benda langit biasa. Lalu, perhatikan pula matahari. Panas, silau, membakar, penat dan segala kesukaran yang ada didalamnya. Tetapi, mataharilah sumber cahaya. Ia ada meski yang lain tiada. Dan ia akan tetap ada, meski yang lain enggan untuk ada.


Sahabat, setiap kita memiliki sifat seperti bulan atau matahari. Seperti bulan, kita ada ketika orang lain memberi. Kita hanya berharga ketika orang lain memuji. Kita merasa bermakna ketika orang lain mengapresiasi. Dan ketika orang lain enggan, maka kita pun menjadi manusia biasa kembali. Seperti itulah seorang bulan. Maka kebaikannya hanya muncul disaat datang hujan pujian. Kelembutannya hanya hadir saat mengalir kekaguman. Dan ketika pujian dan kekaguman itu tiada, maka dia pun tak punya makna.

Seorang matahari, sungguh jauh berbeda. Dialah yang menerangi apa yang ada di sekitarnya. Tak peduli dengan pujian ataupun gunjingan, kebaikan harus diamalkan, kebenaran harus disebarkan. Terkadang memang ada awan yang menjadi halangan, atau sekedar perputaran siang dan malam, tetapi itu tak membuatnya berhenti bersinar, memberikan makna bagi kehidupan.

Sahabat, jadilah matahari! Hiduplah apa adanya tanpa bergantung pada pujian. Berjalanlah dengan sederhana tanpa beban kekaguman. Melangkahlah dengan pasti tanpa mencederai keikhlasan. Sebab takdir adalah rahasia semesta yang harus kita raih dengan keyakinan, bukan ketergantungan.

Sahabat, jadilah matahari!

0 comments:

Post a Comment