Monday, October 19, 2009

BANGKIT!

Malu rasanya, pada diri, pada sahabat, pada para pencinta, juga pada sang guru, Muhammad Iqbal, ketika ia menyampaikan pesan:

Aku harapkan pemuda inilah yang akan sanggup
membangunkan zaman yang baru
memperbaru kekuatan iman
menjalankan pelita hidayat
menyebarkan ajaran khatamul-anbiya’
menancapkan di tengah medan pokok ajaran Ibrahim
Api ini akan hidup kembali dan membakar




Ketika sesekali kubuka blog INSPIRASI-ku dan kembali kutemukan halaman-halaman buram disana. Hanya untuk segores ide, pun tak lagi mampu ku toreh dalam paragraph-paragraf singkat, dan bait-bait yang biasa. Atas nama kesibukan dan tugas-tugas penting yang terkadang tak penting benar. Telah kutinggalkan tradisi itu, tradisi para pengukir sejarah, tradisi para ulama, tradisi para pemimpin besar, tradisi para pahlawan. Sekali lagi, atas nama kesibukan dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk, dalam samudra waktu yang sesungguhnya terlalu luas untuk diarungi seluruhnya…

Aku kecewa pada diriku. Meski sang guru, jua membujuk jiwa yang nelangsa…

jangan mengeluh jua , hai orang yang mengadu
Jangan putus asa , melihat lengang kebunmu
Cahaya pagi telah terhampar bersih
Dan kembang-kembang telah menyebar harum narwastu


Ya, setidaknya obsesi untuk bertumbuh tak pernah padam disini, di dada ini. Seperti pohon, engkau melihat ranting-rantingnya patah dan terkubur oleh tanah. Tetapi akarnya, terus menghunjam ke dalam bumi, bermandi lumpur dan menembus cadas di dalamnya. Hanya untuk memastikan, bahwa kelak, ketika obsesi itu telah berbuah, topan dan badai tidak akan cukup untuk mencerabutnya dari akar cita-cita yang mulia…

Khilafatul-Ard akan diserahkan kembali ke tanganmu
Bersedialah dari sekarang
Tegaklah untuk menetapkan engkau ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak atar itu , meskipun masih tersimpan dalam
kuntum yang akan mekar

Seperti itulah sang guru, membujuk jiwa-jiwa kami. Membangkitkan semangat yang jatuh bangun tergerus kemewahan dan maksiat. Membesarkan kembali asa yang telah kerdil oleh ketajaman lidah para pencela, atas nama idealisme. Menyiram kembali motivasi yang hampir mati. Menariknya dari kubangan kesia-siaan dan tipuan kenyamanan. Seolah ia ada disini, dan menepuk-nepuk pundak ini, lalu berkata…

Tegaklah, dan pikullah amanat ini atas pundakmu
Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini
Agar harum-harum narwastu meliputi segala
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak
hanya berbunyi ketika terhempas di pantai
Tetapi jadilah kamu air-bah , mengubah dunia dengan amalmu

Kipaskan sayap mu di seluruh ufuk
Sinarilah zaman dengan nur imanmu
Kirimkan cahaya dengan kuat yakinmu
Patrikan segala dengan nama Muhammad


Maka aku kan bangkit, Guru. Mencoba menapak sejengkal demi sejengkal jejak ajaranmu. Meraih kembali kehormatan itu, keterhormatan sebagai manusia atas makhluk-Nya….


Sudahkah engkau hapuskan sketsa harapan dari kanvas jiwamu? Dari debu-debu kegelapanmu sendiri cahaya akan bersinar.

Pengetahuan manusia akan mendesak menguasai angkasa, cintanya akan mengaku Yang Tak Terhingga.

Dengan mata yang lebih terjaga ketimbang milik jibril, ia akan menemukan jalan meski tanpa bimbingan.

Terbentuk dari lempung, manusia akan membumbung seperti malaikat hingga langit menjadi kedai minuman tua di pinggir jalan-jalan yang ditempuhnya.

Kubah-kubah langit kan ditembusnya bagai jarum menusuk sutra.
Dan ia akan mencuci kehidupan dari segala nodanya.

Tatapan matanya akan membuat suram kabut bumi cerah berseri.
Meski hanya sedikit berdoa dan banyak menumpahkan darah, namun dia tetap melaju selamanya.

Dari semesta ia akan belajar memahami sifat-sifat sang wujud, “Siapa yang tenggelam dalam pesona kecantikan Tuhan, maka ia akan menjadi raja segenap makhluk ciptaan.”
Read More ..