Monday, February 17, 2014

PERANG KOTA

Saat ini terasa seperti suasana perang. Bukan perang militer, tapi perang politik. Jelang Pemilu 2014, partai politik dan caleg-caleg berlomba merebut hati rakyat indonesia dengan berbagai cara. Ya, berbagai cara, segala cara dihalalkan. Mulai dari pembunuhan karakter melalui media, kriminalisasi melalui lembaga negara, pencitraan melalui iklan, hingga sosialisasi dengan membanjiri kota dengan baliho, spanduk, reklame, banner dsb. “Yah, ini tahun politik!”, kata orang-orang pinter.

Di Kota Makassar, suasana jelang pemilu seperti perang kota. Ramai, dekat, dan berhadap-hadapan. Setidaknya ada 600 Caleg Kota yang gentayangan setiap hari di kampung-kampung dan kompleks perumahan warga. Mereka datang dengan bendera beraneka warna, dan tentu saja ribuan janji-janji untuk rakyat jika terpilih kelak. Waspadalah…

Di masyarakat juga bermunculan tim-tim sukses, yang tak kalah hebatnya janji-janjinya kepada para Caleg. Wajarlah, hukum ekonomi sudah demikian. Jika ada permintaan, pasti ada pemenuhan. Tim-tim sukses yang bertebaran di tengah masyarakat ini ibarat pasukan-pasukan tempur para caleg. Ada yang loyal, tapi tidak sedikit yang berwajah dua. Bahkan ada yang berwajah lima. Namanya tim sukses, pasti mereka sukses, meskipun sang caleg belum pasti sukses. Itulah dinamika politik. Orang makassar bilang, “kehidupanga…”

Pertarungan para caleg ini menarik untuk disimak, bahkan bagi sebagian masyarakat yang melek politik peperangan ini menjadi bahan ceritra yang mengasyikkan di pojok-pojok warung kopi. Diselingi dengan analisa-analisa khas warung kopi, kisah pertarungan para caleg menjadi sesuatu yang menarik dan mendebarkan. Ada caleg kaya, yang membanjiri timnya dengan uang dan sembako. Ada juga caleg, maaf bukan miskin, tapi ikhlas, yang dimana-mana mengajak orang untuk memilihnya karena ikhlas. Ada juga caleg titipan, yang jadi caleg karena anaknya pejabat anu, atau istrinya kepala anu, atau ponakannya jendral anu. Hehehe… memang sebuah ceritra yang membuat penasaran…

Trus, saya dimana? Heheheh.. sayalah salah satu dari 600 caleg yang sedang “berjuang” itu. Saya telah bertemu dengan bermacam-macam jenis caleg di lapangan. Dan sebagai caleg yang pas-pasan, saya mesti mengandalkan strategi berbeda dengan caleg yang lain, terutama caleg-caleg kaya dan caleg titipan. Kalo tidak, bisa-bisa mati konyol di medan perang, Jendral! ^___^

Tapi saya meyakini, strategi hebat apa pun yang dipakai pada peperangan ini, yang paling efektif adalah bertemu, bertemu dan bertemu dengan sebanyak mungkin orang. Ada peluru atau tak ada peluru, bertemulah dengan pemilih. Dan biarkan mereka yang memilih. Bertemu dengan orang saja belum tentu kita yang dipilih, apalagi kalau sama sekali tak pernah bertatap muka. Hehehe.. bijak sekali…

Trus, apakah saya memberikan janji? Ya, saya juga memberikan janji, sebab janji adalah ikatan komitmen antara Caleg dengan pemilihnya. Tapi, saya meberikan janji hanya yang bisa saya tepati. Ada juga caleg DPRD Kota tapi janjinya macam janji calon Walikota… alamak! Yang begini, sumpah! Banyak yang beredar di tengah masyarakat.

So, do’akan kami pemirsa… semoga Benteng Takeshi dapat direbut kembali… Ganbatte!!!
Read More ..

Thursday, February 13, 2014

HARI-HARI CINTA

Sudah hampir dua pekan tidak masuk kantor. Sampai-sampai kemarin teman wartawan sempat nelfon, katanya nama saya akan dimasukkan kelompok Anggota Dewan termalas bulan ini. Yah, seperti biasa... pasrah saja kalo soal itu... Hampir dua pekan ini saya mendapat ujian kesabaran dari Yang Di Atas. Awalnya si Misyal yang sakit demam tinggi, kemudian disusul Kakak Ziyadah dan adik Qaireen bersamaan dua hari kemudian. Saya sendirian merawat dan menangani anak-anak yang pada sakit. Ummi mereka juga sedang tak sehat benar, lagi hamil muda pula.


Belum sempat melihat anak-anak baikan, besoknya adik saya yang laki juga jatuh sakit, gejala tipes. Demam tinggi dan muntah-muntah. Dokter sarankan Opname minimal 3 hari. Duh, Gusti... ingin menangis rasanya. Tapi, tentu saja menangis tak membantu menyelesaikan apa-apa. Segera saya berinisiatif membawa Ummi dan anak-anak yang masih pada demam ke rumah Nenenknya di Pangkep. Nitip dulu sementara, mustahil saya bisa menjaga mereka sekaligus. Berharap mudah-mudahan selusin obat-obatan dari dokter dapat meyembuhkan mereka.

Setelah mengantar anak-anak, besoknya giliran saya yang sakit. Drop! hampir 3 malam kurang tidur. Demam tinggi, mual-mual dan sakit kepala. Tapi saya memilih tidak ke dokter. Pengalaman saya, kalau sakit begini pasti diopname beberapa hari. Kalau opname, siapa yang jaga? dan adik saya juga tidak ada yang menjaga. Saya lalu bertaruh, tidak ke dokter dan hanya akan mengkonsumsi obat-obatan tradisional di rumah.

Untung ada Deng Jafar, sodara, sahabat dan rekan seperjuangan. Beliau dan istrinya tak bosan membawakan obat-obatan tradisional. Hari pertama demam tinggi saya hanya minum air perahan dari buah Labu Air pemberian Deng Jafar. Hasilnya Tok Cer! Demam saya turun hari itu juga. Tapi kepala saya masih sakit. Hari kedua, mulai minum macam-macam herbal. Jahe merah, buah sawo, kasumba turate, hingga air sakti VO2 dari Ustadz Umar Qasim, Juragan Kambing dan Herbal. Hari ketiga, kondisi saya mulai membaik, tinggal memulihkan tenaga yang rasanya hilang selama sakit.

Lalu, ada telfon dari Ummi di Pangkep, katanya Qaireen demam tinggi lagi. Masya Allah.. Gusti, ampuni hamba dan keluarga hamba... Saya minta tolong adik-adik di PKS buat jemput anak-anak di Pangkep. Hari itu juga Qaireen dibawa ke klinik dokter. Besoknya Kakak Ziyadah yang sudah dua hari keadaanya membaik, juga demam lagi. Dokter sempat curiga Ziayadah terserang DB. Malam itu juga periksa darah, dan alhamdulillah negatif. Biar beban saya terbagi, Qaireen dan Ummi saya ttitip di Pangkep, sementara Ziyadah dan Misyal saya rawat di rumah. Dan, seperti inilah hari ini. Saya masih harus istirahat sambil merawat anak-anak hingga benar-benar sembuh...

Well, selain kewajiban kantor yang tidak dijalankan, saya juga harus melewatkan dua pekan agenda sosialisasi bersama tim di Dapil. Dan juga tak sempat menghadiri pelantikan Kak Amru Saher sebagai Wakil Bupati Luwu, tanggal 15 Februari besok. Mungkin, memang sudah waktunya saya harus beristirahat sejenak... untuk keluarga yang terlalu sering saya tinggalkan...Memberikan mereka hari-hari penuh cinta...
Read More ..

Saturday, February 08, 2014

MEMULAI HARI (SEBUAH TRADISI)

Sahabat,

Diantara sekian banyak petuah orang-orang sukses yang pernah saya baca, salah satu yang cukup jamak dikalangan mereka adalah memulai hari dengan hati, pikiran dan sikap positif. Ini bukan sekedar teori, tetapi merupakan implementasi praktis secara turun temurun dari mereka yang saat ini kita kenal sebagai orang-orang hebat. Para ahli psikologi dan hypnotheraphi bahkan melakukan percobaan-percobaan untuk menguji kebenaran pendapat ini. Saya punya salah satu film produksi BBC yang menunjukkan bagaimana perbedaan sikap sepasang saudara kembar yang mendapatkan sugesti berbeda di awal hari ternyata mempengaruhi sikap dan pilihan-pilihan mereka sepanjang hari tersebut…

Baru saya sadari, ternyata tradisi seperti ini (memulai hari dengan positif) bukanlah hal baru dalam kehidupan sebagian besar kita orang Indonesia, hem.. setidaknya bukan hal baru bagi saya. Saya masih ingat betul, dulu almarhumah Ibu saya setiap pagi selepas memunaikan shalat Subuh memulai harinya dengan membuka pintu rumah bagian depan selebar-lebarnya sambil merapal mantra-mantra tertentu. Ketika saya tanya kenapa? Jawab beliau, “Supaya rezki kita bisa masuk ke rumah ini sebanyak-banyaknya, Nak!”. Luar biasa, sebuah sikap dan keyakinan yang sangat positif. Dan tradisi ini terus beliau lakukan hingga kanker darah merenggut nyawa beliau saat saya masih kuliah…

Bukan hanya itu, dulu di kampung saya para tetua-tetua kampung juga sering memberikan petuah bijak kepada anak-anak muda, terutama yang ingin sekolah di kota atau hendak merantau. Salah satu yang populer adalah merekayasa suasana hati ketika mata baru saja terbuka selepas tidur. Kata mereka, jangan buru-buru langsung bangun. Tapi mulailah dengan “mengingat”. Mengingat Sumber Segala Kekuatan yang akan dipakai hari itu. Ubah posisi badan sebelum bangun dengan menghadap ke kanan. Tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan melalui hidung. Dan beberapa ritual yang lain. Tapi menurut saya, inti petuah ini adalah memualai hari dengan optimisme, rasa syukur dan kesadaran akan Kekuatan berlimpah dari pemilih dan perencana segala sesuatu, Allah SWT…

Sahabat,

Tentu saja mereka yang memiliki tradisi positif memulai hari seperti yang saya ceritakan diatas itu tak pernah membaca buku-buku Dale Carnagie, atau menyaksikan penampilan Anthonny Robbins, atau mengikuti sesi Andrie Wongso. Hehe.. bahkan mungkin mereka yang saya sebutkan namanya barusan ini pada saat itu juga sedang berjuang menuju tangga sukses. Tetapi kebijaksanaan (wisdom) lahir dalam tradisi setiap generasi yang tidak mesti kita buang semuanya. Mungkin tak perlu kita ikuti rapalan mantra-mantranya, atau berbagai posisi badan saat bangun pagi, tetapi bagaimana substansi pikiran dan sikap positif setiap memlaui hari menjadi tradisi kita juga, bila ingin sukses… hehehe…

Dan itu baru pengalaman Saya. Pengalaman Anda tentu lebih banyak lagi. Ceritakanlah dan berbagai kepada sesama… Success Is My Right! – Andrie Wongso
Read More ..