Thursday, June 19, 2014

AKU MEMILIH AKAL SEHAT

Sahabat,
Kadang-kadang saya merasa cara kita mengekspresikan dukungan dan kecintaan kepada kandidat presiden yang kita cintai melalui sosial media sudah kelewat berlebihan. Bukan karena kita aktif mengkampanyekan kehebatan kandidat dukungan kita atau sibuk menyebarkan tautan informasi negative atas kandidat lawan kita, it’s okay! Itu hal biasa dalam politik. Toh, semua itu kita lakukan agar orang lain bisa memilih calon pemimpinnya dengan “akal sehat”, sama seperti kita kan? Kan!!! ^___^

Yang tak ku fahami adalah ketika perbedaan pilihan politik membuat kita rela mencederai perasaan sahabat kita dengan komentar-komentar yang menyerang pribadi mereka, bahkan harga diri dan kehormatan mereka. Padahal boleh jadi yang kita serang itu adalah seorang sahabat yang bersamanya kita melewati terlalu banyak kesukaran hidup. Dan seolah-olah kata-kata kasar yang terlontar melalui media sosial tersebut hal biasa saja, hanya demi untuk menunjukkan bahwa Andalah pemenangnya.

Sahabat,
Bagi saya, akun sosial media adalah avatar diri kita di dunia maya. Representasi yang mewakili perasaan dan pikiran kita yang sesungguhnya. Dan ketika kita menuliskan ekspresi kemarahan atau kebencian di wall facebook seorang sahabat, atau me-mention akun twitter mereka, maka bagi yang menerimanya kata-kata yang diketikkan tersebut adalah ungkapan yang sungguh mewakili diri kita yang ada di dunia nyata. Seperti itulah memang yang ingin Anda katakan di depan wajah mereka.. iya, kan? Kan!!! ^___^

Dan akal sehat saya tak bisa menerima ketika dua orang sahabat di dunia nyata, yang bersama-sama melewati banyak hal dalam kehidupan mereka, saling menghujat dan merendahkan kehormatan masing-masing hanya karena dukungan calon Presiden. Dimana akal sehatnya? Seolah-olah ketika kandidat mereka nanti berhasil menjadi penguasa maka sang presiden yang mereka cintai itulah yang paling pertama mengulurkan tangannya ketika mereka sedang dalam kesulitan… (esmosi… lap keringat… atur nafas…)

Sahabat,
Aku memilih akal sehat. Tak rela ku korbankan persahabatan kita hanya untuk calon-calon penguasa itu!!! Biarlah pilihanku hanya untuk diriku saja. Persetan jika kita beda pilihan, engkau tetap sahabatku. Peduli setan dengan status-statusmu yang nakal itu, engkau tetap sahabatku. Dari pada hatiku disibukkan dengan persangka buruk dan amarah kepadamu, lebih baik kunikmati hari-hariku dengan mengingat-ingat kebaikanmu, kawan…. Hahahahaha… Dan, akal sehatku mengatakan, lebih baik aku sign out dulu dari Facebook ku hingga pilpres usai. Terserah apa katamu disana, kawan… coret-coretlah… hujatlah… cacilah… hingga kau puas… toh aku tak akan membacanya… dan disini, aku tetap mencitaimu dengan segala sangka baikku kepadamu… Uenak toh! Hehehehe…
Read More ..