MIMPI, kata yang sederhana, tapi menyimpan gelora raksasa. Ia mengalir lembut dalam pikiran, tapi meledak dan berkecamuk dalam peradaban. Mimpi Rasulullah Saw tentang penaklukan Persia dan Romawi-lah yang membawa Ziyad bin Thariq dan pasukannya menaklukkan spanyol dan sebagian dataran Eropa, jauh setelah Rasulullah tiada. Mimpi Hitler pulalah tentang keagungan bangsa Arya yang melahirkan perang dunia dan membantai 30 juta manusia. Mimpi tentang Negara Israel dan Solomon Temple-lah yang mendorong bangsa Yahudi hingga kini tak pernah berhenti menguasai dan membantai muslim Palestina. Sejarah kita, adalah kisah tentang amuk amarah mimpi-mimpi manusia…
Bangsa kita pernah bangkit, berkali-kali. Tapi kebangkitan yang paling prestisius dalam sejarah adalah kemerdekaan 45. Setelah itu, tak ada lagi kebangkitan mensejarah yang diciptakan oleh bangsa ini. Hanya satu penjelasannya, karena mimpi tentang MERDEKA, adalah satu-satunya mimpi manusia Indonesia kala itu. Energi mimpi tentang MERDEKA telah merasuk ke dalam jiwa rakyat Indonesia. Seperti virus, ia menguasai pikiran, hati, keasadaran, bahkan mimpi-mimpi di dalam tidur setiap orang Indonesia. Pekik merdeka dimana-mana. Mereka tak pernah menghitung berapa nyawa yang harus melayang. Mereka tak pernah pusing berapa deras darah yang harus mengalir. Mimpi tentang merdeka telah menjadi nyanyian sunyi setiap langkah gerak perjuangan mereka…
Dari mimpi itulah kita lahir. Dari kubangan nyawa itulah kita bangkit. Dari tetes-tetes darah itulah kita hidup. Dan setelah itu mimpi-mimpi Indonesia pun berhenti. Setiap kita memiliki potongan-potongan mimpinya sendiri. Kita bertumbuh dalam egoisme dan keserakahan kita masing-masing. Bangsa kita tak pernah lagi mampu menyatukan mimpi-mimpinya. Hanya secuil mahasiswa yang meyatukan potongan kecil puzzle mimpi mereka saat menumbangkan Orde Lama tahun 66 dan Orde Baru tahun 98. Tapi bangsa ini, butuh lebih dari itu. Bangsa ini memerlukan satu mimpi yang sama untuk bangkit kembali dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan lebih dari itu, bangsa ini perlu bermimpi untuk suatu saat memimpin dunia…
Sahabatku, jangan pernah pesimis bahwa bangsa kita terlalu besar untuk memiliki satu mimpi. Bangsa kita sudah pernah melakukannya dan sekarang pun kita mampu melakukannya, bahkan nanti kita tetap mampu melakukannya. Tahun 45, Jepang dan Indonesia sama hancurnya. Perbedaan kita dengan jepang saat itu adalah karena kita baru saja meraih mimpi terbesar kita, MERDEKA. Tapi bangsa Jepang sedang memulai mimpi-mimpi baru mereka. Enampuluh tahun kemudian, antara kita dan Jepang sungguh jauh perbedaannya. Karena mimpi kita berhenti setelah kita merdeka, sedangkan Jepang tak pernah menghentikan mimpinya. Bangsa Jepang membangun satu mimpi yang sama…
Sahabatku, bangsa kita memang sedang sakit. Negeri kita memang sedang terpuruk. Ibu pertiwi memang sedang menangis. Terhadap kehormatan bangsa kita yang diinjak-injak. Terhadap hukum kita yang diperjual belikan. Terhadap rakyat kita yang jadi budak di tanahnya sendiri. Tapi itu bukan alasan untuk kita berhenti. Apalagi hanya untuk menghujat dan mengutuk gelap negeri kita. Sebab ibu pertiwi lebih membutuhkan CINTA dari pada AMARAH. Ibu pertiwi sedang menanti bangkitnya anak-anak negeri ini untuk mulai membangun sebuah mimpi yang sama, lalu bangkit dalam gelora jiwa yang menyala dan membawa Indonesia ke tempat terhormat diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Kita hanya perlu berjanji, Sahabatku. Untuk berhenti mengutuk gelap dan menyalakan obor kebangkitan bangsa kita. INDONESIA JAYA!!!
4 comments:
Uraian mimpi yang sangat membakar semangat Bang...
Adakah mimpi itu menjadi nyata? Hanya masing-masing diri yang tahu jawabannya...
Tapi harapku, saat orang-orang yang duduk di kursi 'sana' bisa seperti Bang Ir, ku yakin, cahaya obor itu bisa menjelma menjadi cahaya bintang yang benderang...
Amiinn... Kita semua berharap seperti itu Mbak Rin. Hanya saja, negeri ini tidak butuh mimpi 1 orang. Tidak butuh obsesi 1 orang. Negeri ini membutuhkan energi kemauan yang lahir dari jalinan tangan anak-anaknya. Anak-anak yang hadir dengan rupa & warna mereka, tetapi bekerja untuk mimpi yang sama. INDONESIA!!!
The Power of dreams adalah kata yang harus selalu terpatri di dalam jiwa. Jangan sekedar jadi pemimpi tetapi meyakini bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok.
Mungkinkah Indonesia dapat bangkit? Pertanyaan ini sangat penting karena menyangkut masa depan, cita-cita semua rakyat Indonesia.
Mungkinkah Indonesia dapat bangkit?. Sangat mungkin dan itu pasti! Rasanya siapapun tak akan menyangkal, bahwa Indonesia dapat bangkit dan meraih yang cita-citanya, keinginannya, impiannya yang belum menjadi kenyataan.
Caranya bagaimana?
Bangsa Indonesia harus melakukan berbagai tindakan nyata pada bidang sosial, politik dan ekonomi.
Tindakan nyata itu harus berlandaskan pemahaman filosofis tentang apa sebenarnya yang terjadi pada tingkat lokal, nasional sehingga terjadi krisis pada semua bidang
Tindakan nyata dibutuhkan, tidak bisa tidak. Tindakan lebih penting daripada ucapan dan interaksi lebih penting daripada pikiran. Bila terus cara lama yang dilakukan yakni banyak teori sedikit implementasi maka keterpurukan terus terjadi dan bangsa Indonesia hanya berpolemik panjang tanpa ada cahaya yang terang menuntun jalan keluar dari lorong kegelapan.
Para pemimpin negeri ini tidak boleh buntu menampilkan sesuatu yang baru untuk membangun bangsa ini secara total, bukan membangun kelompok-kelompok tertentu. Selama ini para pemimpin negeri ini terfokus membangun kelompok-kelompok tertentu yang tentunya tidak memberhasilkan semua pihak, akhirnya kesenjangan ada pada segala bidang.
Persoalan bangsa bukan persoalan kekuasaan, bukan siapa yang harus menjadi orang nomor satu di republik ini tetapi adanya janji, komitmen yang jelas bahwa pemimpin itu adalah orang yang berdiri pada semua pihak dan sadar bahwa pemimpin tidak akan berhasil bila tidak mengubah dirinya, memposisikan dirinya sebagai penata, pengarah untuk kemajuan bangsa.
(Afwan kak, komentar paling panjang mi kapang ini di blogta, hehehe)
Antum harus bayar space untuk komen ini... ck..ck..ck...
Post a Comment