Sahabat, ngeri juga tadi aku menyaksikan sentilan Bang One di TVOne. Indikasi akan terjadinya PHK besar-besaran diseluruh dunia akan terjadi. Bahkan diperkirakan di Indonesia saja akan terjadi gelombang PHK hingga 2 juta tenaga kerja jika pemerintah gagal mengantisipasi dampak krisis global saat ini. Masya Allah, akan seperti apa wajah negeri kita dengan tambahan pengangguran baru yang notebenenya rata-rata sudah berkeluarga?
Aku menarik nafas dalam-dalam sambil mengurut dada. Belum terbayang krisis macam apa yang akan kita hadapi satu hingga dua tahun kedepan. Yang pasti semua negara-negara maju saat ini sedang pasang kuda-kuda untuk memastikan ketersediaan capital mereka di dalam negeri selalu tercukupi. Maka bisa dipastikan, negara-negara dunia ketiga macam kita akan jadi tumbal demi stabilitas dan kesejahteraan negera-negara maju tersebut.
Dalam skala personal kondisi ini tentu akan lebih tragis. Keterbatasan lapangan kerja yang berbanding terbalik dengan jumlah pencari kerja akan menimbulkan gesekan dan konflik. Banyak orang yang harus mencari pekerjaan baru, demi memenuhi kebutuhan hidup anak istrinya. Industri-industri akan menerapkan model baru dalam rekrutmen tenaga kerja, yaitu sistem kontrak. Sebuah pola kerja yang serba tidak pasti. Lalu, dengan apa keluarga-keluarga mereka bertahan hidup?
Sahabat, mungkin salah satu dari kenalan kita akan terkena imbasnya. Dan mungkin juga kita. Kita tahu bahwa kondisi ini cepat atau lambat akan terjadi, hanya menunggu waktu saja. Pada saat yang sama kita juga tidak bisa menjamin, bahwa diantara korban dari dampak krisis ini bukanlah kita. Mungkin saja kita, dan keluarga kita…
Sahabat, potret realitas di atas seolah-olah ingin mengatakan bahwa betapa berat dan kerasnya hidup ini. Sehingga mereka yang tidak mampu menghadapinya akan tergilas, dan hilang dalam peredaran masa. Tapi mungkin juga ada yang memaknai realitas ini, bahwa betapa tidak adilnya hidup! Mengapa mereka yang sejak awalnya telah berdarah-darah menjalani sejengkal demi sejengkal garis takdirnya dalam kesempitan, harus menanggung beban yang teramat berat. Sementara mereka yang berada, yang siang dan malamnya dalam pelukan kenyamanan, tetap saja berada dalam kenyamanan…
Sahabat, mungkin kita mengeluh. Ya, berkeluh kesah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Itu memang fitrah manusia. Tapi cara mengapresiasikan keluh kesah itu yang menunjukkan kualitas setiap manusia. Tergantung pada perspektifnya tentang hidup. Bagi mereka yang menganggap hidup ini pada dasarnya mudah dan serba menyenangkan, maka kehadiran cobaan dan tantangan hidup akan menjadi keluh kesah. Keluh kesah yang sangat panjang.
Tetapi, bagi mereka yang meyakini bahwa hidup ini memang keras. Ada pertarungan dan kompetisi di dalamnya. Ada keringat, air mata dan juga berdarah-darah dalam menjalaninya. Maka cobaan dan tantangan hidup seberat apa pun lebih dimaknai sebagai bunga-bunga hidup. Mereka senantiasa belajar dari cobaan-cobaan tersebut. Mental mereka bahkan telah berubah menjadi baja oleh tantangan-tantangan tersebut. Mereka, telah dibentuk oleh silih bergantinya badai ujian dan cobaan…
Sahabat, janganlah manja seperti kerupuk. Jadilah baja yang paling kuat di muka bumi ini. Sebab takdir memang tidak pernah memilih. Ketika tiba masanya giliran kita, maka seketika itu juga badai cobaan akan mendatangi kita. Hanya jiwa sekeras bajalah yang mampu tetap tegak berdiri menyongsong setiap cobaan dan tantangan hidup dengan gagah. Sebab, hidup memang keras kawan…
0 comments:
Post a Comment