Setiba di Imperial, aku langsung menuju ruang breakfast. Disana sudah ada Ust. Anis, Bang Jack, Sahal asisten Ustadz dan seorang koleganya. Setelah berbasa-basi sejenak, kolega ustadz pun pamit. Sahal ngurusin persiapan keberangkatan Ustadz. Tinggal kami bertiga, Ustadz, Bang Jack dan saya. Kami berdiskusi ringan sebentar. Kemudian beliau masuk ke inti pembicaraan yang ingin beliau sampaikan. Setidaknya ada 3 hal yang beliau pesankan jika aku dan Bang Jack ternyata ditakdirkan menjadi anggota DPRD Kota Makassar nantinya.
Pertama, jangan pernah menjadikan gedung dewan tempat untuk mencari uang. Ternyata, mereka yang tersangkut berbagai kasus korupsi di gedung parlemen adalah orang-orang mengandalkan statusnya sebagai anggota dewan untuk mencari uang. Mereka menghalalkan segala cara untuk menambah sebukit demi sebukit pundi-pundi kasnya. Tapi seperti kata pepatah, sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga.
Seperti itulah nasib mereka anggota dewan yang terhormat itu, telah menghancurkan hidup mereka sendiri karena visi kehadiran mereka di gedung parlemen adalah mencari uang. Sungguh dalam pesan ini, tapi seluruhnya benar. Beliau menceritakan beberapa contoh kasus orang-orang seperti ini yang berakhir di tangan KPK. Lucu juga, sebab banyak caleg yang bertarung dalam Pemilu dan sangat ngotot justru karena visinya sejak awal adalah uang, uang dan uang. It’s all about the money...
Kedua, jadikanlah posisi sebagai anggota dewan itu untuk memperkaya data dan informasi kita. Berbisnis dengan negara tidak akan pernah membuat kita kaya dalam tempo yang lama. Dan saya sudah melihat kenyataan itu. Ketergantungan kepada proyek-proyek pemerintah membuat usaha banyak kenalan saya pasang surut. Tetapi sumber kekayaan itu adalah data dan informasi. Semakin banyak data dan informasi yang kita miliki, maka peluang untuk membuat kanal-kanal aliran uang kedalam kas kita semakin besar pula. Point ini masih kabur memang, tapi beliau memberikan contoh bagaimana beliau menjadi magnet bagi banyak orang karena kekayaan data dan informasi yang beliau miliki.
Menjadi pemilik data dan informasi akan memposisikan kita sebagai ‘key maker’ dari berbagai proses ekonomi dan politik. Anda bisa terjun ke dalamnya kapan saja anda ingin. Inilah asset yang akan bertahan lama dan tak terukur potensinya. Di tangan orang yang tepat, potensi ini dapat menjadi ledakan kekayaan yang luar biasa besarnya.
Ketiga, jangan pernah memiliki life style yang lebih besar dari income anda. Apalagi jika income itu dari gaji anggota dewan, jangan pernah anggap itu sebagai income permanen. Anda bisa saja kehilangannya setiap saat tanpa anda sangka-sangka. Ada apa dengan life style? Ternyata life style itu tidak mengenal kata turun. Begitu anda menganut life style dengan kelas tertentu, maka berat bagi anda untuk menurunkan gradenya. Tetapi income? Ia bisa saja turun bahkan hilang sama sekali disaat yang tak pernah kita sangka-sangka. Karena itu pesan beliau, pilihlah life style yang lebih rendah dari besarnya passive income Anda. Dan itu bukan dari penghasilan sebagai anggota dewan, melainkan dari hasil mengolah sumber daya data dan informasi yang kita miliki tadi.
Nah, sahabat…
Seperti itulah nasehat singkat Ust. Anis Matta kepada saya dan Bang Jack sebelum beliau berangkat ke Jakarta dan belum kembali lagi sampai hari ini. Nasehat yang sangat berharga untuk menjadi pijakan menjalani tugas-tugas baru yang sangat berat di gedung parlemen nantinya. Bukan hanya untuk saya, tapi akan bermanfaat bagi kita semua saya kira…