Tuesday, January 20, 2009

PRASANGKA ITU MEMBUTAKAN HATI

Entah hanya perasaanku saja atau memang demikian, belakangan ini aku merasa sekelilingku dipenuhi prasangka dan kecurigaan. Saat membaca Koran, terlalu banyak opini dan informasi yang penuh prasangka. Saat membuka blog, sangat banyak yang meninggalkan jejak penuh prasangka. Saat membaca posting, komentar-komentar yang diberikan juga berhias prasangka. Bahkan saat berdiskusi, diskusi itu juga lebih banyak prasangkanya. Prasangka-prasangka itu ditampilkan dengan wajah yang beringas, kata-kata yang kasar, emosi yang sentimental dan adab yang buruk.

Terkadang aku heran, apa indahnya parsangka itu sehingga seolah-olah telah menjadi pilihan akhlak banyak orang. Menyibukkan hati dengan kecurigaan. Menguras pikiran untuk mencari-cari kesalahan. Menyerang mereka yang dianggap salah dan berbeda pemikiran. Jiwa sumpek dan lidah menjadi tajam. Apa indahnya semua itu? Apa indahnya hidup dalam emosi yang selalu panas dan meledak-ledak. Membakar hati dan emosi orang lain yang ada di sekitar kita. Berhadap-hadapan untuk bertarung lalu saling membelakangi dan menjauh.


Sahabat, tak bisakah kita hidup dalam kesederhanaan? Sederhana dalam mencintai dan juga sederhana dalam membenci. Menyikapi perbedaan dengan lebih arif dan berjiwa besar. Menyambut kritikan dengan senyuman. Atau menjawab tuduhan dengan kesantunan. Sebab api yang dijawab dengan api pula hanya akan membakar apa saja disekitar kita. Padahal api itu membutuhkan air untuk menyiraminya. Memadamkan amarah agar terlihat hakikat persoalannya.

Ah sahabat. Aku juga mengerti tentang musabab lahirnya prasangka dikalangan kita. Semua berawal dari keyakinan yang kokoh pada kebenaran yang kita yakini. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Apalagi jika keyakinan itu sudah sedemikian dalam (haqqul yaqiin). Masalah terkadang timbul ketika keyakinan kita itu bebrbeda dengan keyakinan orang lain yang kita anggap mestinya sama dengan keyakinan kita. Keyakinan yang harus sama, karena posisi kita, kecerdasan kita, keshalihan kita, lebih baik dari orang lain itu. Maka perbedaan inilah yang seringkali berakhir dengan prasangka. Dan jika prasangka ini terpelihara, maka ia akan menjelma menjadi dengki (hasad). Lalu kedengkian itulah yang mengendalikan sebagian besar hidup kita…

Sahabat, menyampaikan kebenaran keyakinan kita itu harus. Tapi menghargai keyakinan orang lain itu juga mesti. Biarlah manusia-manusia lain disekitar kita yang menilai dan memutuskan. Tugas kita hanyalah menyampaiakan kebenaran yang kita yakini dan membuktikannya dengan tindakan yang kita lakoni. Dan jika pun semua orang berbeda dengan keyakinan kita, maka disitulah ujian integritas diri yang sesungguhnya. Dan kita tak perlu terprovokasi. Tak perlu emosi. Apalagi hingga mencaci maki…

Sahabat, jauhilah prasangka. Sebab prasangka itu membutakan hati. Engkau tak akan bisa melihat kebaikan pada diri orang lain, seberapa benderang pun kebaikan itu. Sebab mata kitalah yang telah tertutup oleh hitamnya prasangka. Yang tampak hanyalah sisi buram dari setiap orang, setiap peristiwa, bahkan terkadang juga Tuhan. Lalu kita ini menjadi manusia yang sombong dan berjalan di atas keangkuhan. Meskipun kita sendiri merasa telah berada di jalan yang benar.

Sahabat...
Prasangka itu membutakan hati...

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Hujuraat: 12)

6 comments:

Umi Rina said...

Setuju sekali dengan Bang Ir...

Prasangka itu membutakan hati, dan saat mata hati buta yang tertinggal hanyalah kegelapan hati, dan saat itulah amalan yang tersisa akan terbakar habis bagai ilalang yang terbakar api...

Husnudzonbillah..., maka semua kan menjadi baik, Insya Alloh... :)

Setiawan said...

Setiap manusia, kadang hatinya terlanjur dikuasai oleh emosi, logikanya dipenuhi oleh informasi yang salah, persepsinya dituntun oleh kesempitan sudut pandang & kedangkalan ilmu, sikapnya kasarnya dibentuk oleh rendahnya budipekerti dan etika....
Ya, betapa banyak orang-orang baik yang sebenarnya tidak jahat hatinya - dari jenis yang seperti ini ditengah-tengah dunia

Maka, kepada mereka Rasulullah saw melarang sahabatnya, Abu Bakar ra, yang hendak menghentikan infaq & shadaqahnya, pada peristiwa fitnah Aisyah ra - Shafwan ra.

Mereka tidak jahat hanya saja tidak pernah membaca ayat-ayat Alqur'an tentang tabayun atau hadits-hadits tentang 40 alasan sebelum menuduh & berprasangka..

Mereka orang-orang baik, hanya saja tidak pernah berusaha meluaskan ilmu & cakrawala berpikirnya tentang Keindahan & Keadilan Islam serta gerakan sistematis untuk menegakkannya..

Mereka orang-orang yang tidak jahat, hanya saja selera rendah mereka telah beretemu dengan film-film serta virus-virus globalisasi - sehingga meruntuhkan akhlaq, etika dan budi pekertinya..

Begitulah 'kebodohan orang-orang baik & kerendahan selera' selalu membahayakan, menyibukkan dan tentu saja menghambat gerakan kebaikan..

Inilah juga yang membuat kita harus semakin jeli membaca peta persoalannya, semakin arif mensikapi fenomenanya, semakin sistematis menyusun langkah perbaikannya, semakin banyak membaca referensi-referensi & teori-teori, semakin sering bergaul dan menyatu dengan masyarakat tuk menyelidiki persepsi & logika yang dipakainya, semakin sering berdoa memohon petunjuk & hidayah kepada Allah...dan semakin sering mengurangi waktu tidur & istirahat kita..

Berawal dari kerendahan Hati said...

kayaknya ada yng dsindir neehh??hehehhe
sapa dii?? maybe....

Pak kordapil mampir juga diblogku kodonk...T_T
http://oaseqalbu.blogspot.com/2009/01/atas-nama-cinta.html

else said...

sumpah bang.... aq gak berprasangka buruk pada abang, hickz
hehehe, aq jarang berprasangka buruk.. seringnya berprasangka baik ajah, coz yang rugi ya diri sendiri didera prasangka yang blom tentu benar (namanya jg prasangka)

Bang Irwan said...

@ Mba' Rina
Solusi cerdas mba', Husnudzon...

@ Uts. Setiawan
Persoalannya, terkadang prasangka yang telah menjelma menjadi dengki telah menutupi kepribadian hanief yang ada pada orang-orang baik itu. Sehingga yang tersisa tinggallah kedzolimannya...Na'udzubillah...

@ Fee3
Nda' ada jie yg disindir bu... Ii murni ekspresi keprihatinan saya pada kondisi kita saat ini...

@ Mba' Els
Gak ada yg nuduh Mba' Els berprasangka, itu malah jadi prasangka yg lain nantinya. Saya percaya kok ma Mba' Els, hade pisan euy!

Terkadang, korban prasangka jahat itulah yang harus mempertebal kesabarannya.... Sebab dalam keabaran selalu ada hikmah, Insya Allah...

Anonymous said...

Setuju. Postingan ini mengingatkan saya pada novel To Kill A Mocking Bird yang pernah saya baca...

Bahwa prasangka seringkali membutakan manusia sehingga keadilan tidak bisa ditegakkan dengan sempurna. Bahwa untuk memahami seseorang, kita perlu melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, dan satu pertanyaan : kalau hanya ada satu jenis manusia, mengapa mereka tidak bisa rukun? kalau mereka semua sama, mengapa mereka merepotkan diri untuk saling membenci?

(http://ordinaryfamily.wordpress.com/my-review/to-kill-a-mockingbird/)

Post a Comment