Thursday, February 19, 2009

RAHASIA PENGUKIR SEJARAH

Perlahan tapi pasti, aku pun mulai menyadari. Mengapa ‘taste’ setiap perkataan orang itu berbeda. Mengapa energi setiap nasehat itu berbeda. Mengapa ‘driving force’ setiap arahan itu berbeda. Sama seperti perbedaan energi motivasi setiap buku yang kita baca. Sama seperti perbedaan pengaruh berbagai pelatihan dan workshop yang kita hadiri. Seperti juga perbedaan kekuatan taujihat antara seorang ustadz dengan asatidz yang lainnya pun selalu berbeda. Karena rahasianya ada pada jiwa sumber idenya. Sebuah kekuatan jiwa yang bernama OBSESI.

Obsesi itulah yang memberikan kekuatan pada kata. Obsesi itu pulalah yang memberi energi pada setiap ide. Sebab obsesi itulah yang memberi daya dan kekuatan pada hidup seseorang. Mungkin itulah sebabnya, petuah-petuah sebagian besar guru yang mengajari kita tentang banyak hal di dunia pendidikan hanya sampai difikiran kita, dan jarang sekali yang mampu membakar jiwa kita. Sebab ide-ide dan gagasan yang meluncur dari mulut mereka sebatas ilmu dan pengetahuan yang jauh dari energi obsesi. Hanya sekedar formalitas kata yang lahir dari pengetahuan dan bukan dari keyakinan yang dalam.


Marilah meneliti kembali hari-hari kita, siapa sajakah orang-orang yang telah memberikan pengaruh kuat dalam kehidupan kita itu. Jujur, bagiku mereka yang mempengaruhi dan membentuk sebagian besar pandanganku tentang hidup ini adalah orang-orang yang obsesif. Orang-orang yang memiliki pemikiran obsesif. Orang-orang yang memiliki kata-kata obsesif. Orang-orang menampilkan setiap sisi hidup mereka dengan sikap dan perilaku yang obsesif.

Dan dengan membaca sejarah pula kita akan menemukan kenyataan bahwa para pengukir-pengukir sejarah itu selalu orang-orang yang obsesif. Mereka dikenal karena karyanya. Akan tetapi karya-karya besar mereka itu diawali dengan obsesi. Dunia mengenal para pahlawan Islam karena obsesi kejayaan mereka. Dunia mengenal Al-Banna karena obsesi peradabannya. Dunia mengenal Gajah Mada karena obsesi nusantaranya. Dunia mengenal Bung Karno karena obsesi revolusinya. Dunia mengenal Ghandi karena obsesi kesederhanaanya. Dan setiap pahlawan di muka bumi ini dikenang karena satu obsesi mereka.

Maka sejenak mari bertanya pada diri-diri kita. Apakah kata-kata kita itu telah menggedor-gedor semangat orang yang mendengarnya? Apakah ide-ide kita itu telah membakar jiwa-jiwa mereka yang membacanya? Apakah untaian nasihat kita itu telah menundukkan kesombongan logika para penyimaknya? Apakah motivasi kita itu mampu mencengkram kuat kehendak setiap orang yang merasainya, lalu memberikan energi besar untuk meledakkan potensi kemanusiaannya yang luar biasa? Tak ada salahnya kita bertanya…

Dan jika ternyata sebagian besar jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu adalah kata TIDAK, maka kita perlu curiga pada diri kita. Jangan-jangan kita ini hanyalah orang-orang hidup yang tak pernah memiliki obsesi. Ataukah kita telah memiliki obsesi tapi obsesi itu masih terlalu rendah untuk menjadi energi hidup yang tak ada batasnya. Atau jangan-jangan kita termasuk para pemimpi orang yang salah kaprah tentang obsesi. Kita mengira mimpi-mimpi kita itulah obsesi. Padahal mimpi adanya di alam dikepala, sementara obsesi itu telah berbentuk di alam jiwa.

3 comments:

Umi Rina said...

Obsesi terbesar seorang mukmin adalah kesuksesan di dunia dan akhirat kelak. Dan jalan satu-satunya adalah dengan selalu berpegang teguh pada yang 'dua', bukan yang lain, baik ilmu maupun amalan.

Sayangnya, banyak sudah yang melupakan ke'dua'nya, berpaling, dan berpegangan pada yang lain...

H45 said...

dan dunia akan mengingat bang irwan karena tulisan-tulisan inspiratifnya serta obsesi-obsesi peradabannya.

klo saya apa di'? mudah-mudahan dunia mengingat karena aku sering menjga silahturahmi walauu lwt dunia maya, hehehehe

Setiawan said...

barangkali mirip cerita tokoh-tokoh dunia menjawab mengapa bebek menyeberang jalan.

PLATO: untuk mencari kebaikan yang lebih baik.

KAPTEN JAMES T.KIRK: karena dia ingin pergi ke tempat yang belum
pernah ia datangi.

MARTIN LUTHER KING, JR: saya memimpikan suatu dunia yang membebaskan semua bebek menyeberang jalan tanpa mempertanyakan kenapa.

GEORGE W.BUSH: kami tidak peduli kenapa bebek itu menyeberang. kami
cuma ingin tau apakah bebek itu ada di pihak kami atau tidak, apakah
dia bersama kami atau melawan kami. tidak ada pihak tengah di sini!

EINSTEIN: apakah bebek itu menyeberang jalan atau jalan yang bergerak di bawah bebek itu, semuanya tergantung pada sudut pandang kita sendiri.

Post a Comment