Siklus sejarah peradaban setiap bangsa senantiasa berganti, antara masa kebangkitan dan masa-masa kejayaan. Masa kebangkitan diawali dengan krisis, penderitaan, keterjajahan, dan ketakberdayaan. Oleh karena itulah masa-masa ini diwarnai dengan semangat kebangkitan, gelora perlawanan, kelahiran para pemberani dan parade para pahlawan sejati. Di masa inilah, darah, keringat dan air mata bercampur menjadi satu membentuk mozaik indah yang menghiasi hari-hari kebangkitan bangsa itu.
Sementara di masa kejayaan, semuanya berawal dari kebebasan, tingginya kesejahteraan dan tegaknya keadilan. Semuanya damai dan berkecukupan. Di masa-masa seperti inilah ibu pertiwi sebuah bangsa terlalu malas melahirkan para pahlawan. Manusia luar biasa menjadi langka, sebab semua orang telah cukup menjadi manusia biasa-biasa saja. Dan di titik ini, sejarah telah mencatat awal mula kejatuhan dan keruntuhan berbagai peradaban yang pernah jaya. Justru di titik, ketika yang dibutuhkan adalah maha karya…
Sahabat, seperti itu juga kehidupan setiap diri kita. Ada masa perjuangan dan juga masa-masa kesuksesan. Masa perjuangan diawali dengan kekurangan, kemiskinan, ketiadaan, penderitaan, perih dan juga tangis. Oleh karena itu di masa-masa seperti ini jiwa kita dipenuhi oleh semangat kedisiplinan, kerja keras, pengorbanan, obsesif, pantang menyerah, bahkan sedikit mati rasa. 24 jam sehari semalam rasanya terlalu sedikit untuk menampung besarnya energi jiwa yang meledak setiap harinya. Dan di setiap penghujung hari-hari itu, ada air mata yang senantiasa mengalir sebagai penawar dahaga jiwa. Ada pundak yang selalu setia menjadi sandaran kepala yang tertunduk letih. Ada senyum yang menampung segudang keluh kesah yang warna-warni. Juga ada sebait do’a untuk keberkahan di hari esoknya…
Sementara masa kesuksesan, adalah musim panen dari benih-benih ikhtiar yang telah ditanam. Di masa ini rasanya setiap “kebutuhan” telah terpenuhi, meskipun daftar panjang “keinginan” tak pernah ada habisnya. Tak ada kesedihan, juga tangis getir penderitaan. Oleh karena itu pekerjaan sebagian besar orang dimasa-masa kesuksesan adalah manajemen keinginan. Menata sedemikian banyak keinginan yang mendesak di alam pikiran. Tapi, disinilah letak godaannya sobat. Sebab sebagian besar keinginan yang mendesak itu justru kesenangan-kesenangan yang segera dan jangka pendek. Semuanya tentang pemenuhan hasrat akan kelas sosial, pujian, mode, gaya hidup, kenyamanan, kemudahan, dan kebanggaan-kebanggaan material. Di titik ini, idealisme dan kreatifitas pun mati suri.
Pantaslah Baginda Rasul pernah memberi nasehat:
“Maka demi Allah ! Bukanlah kemiskinan yang aku takutkan atas kalian tapi yang kutakutkan adalah akan dibentangkannya dunia, seperti dibentangkannya atas orang-orang sebelum kalian, maka kalian akan berlomba-lomba padanya (dunia) seperti halnya mereka, dan dunia itupun akan mengahancurkan kalian, seperti yang telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian.” (Bukhari & Muslim).
Sahabat, setidaknya nasihat ini mengandung 2 pesan buat kita semua. Pertama, bagi kita yang sedang berada di masa-masa perjuangan, maka bersabar dan bersyukurlah. Sebab sebagian besar pikiran dan waktu kita cenderung digunakan untuk kebaikan-kebaikan. Ada obsesi yang menuntun kita untuk fokus dan tidak macam-macam. Ada idealisme yang membingkai sikap dan perilaku kita untuk konsisten dan memelihara integritas. Ada mimpi yang menjadi energi pendorong dikala raga ini letih, atau saat jiwa ini putas asa. Kita hanya perlu berjanji untuk tidak berhenti, ketika ujian-ujian yang datang semakin berat dan keras. Merenggut kesenangan dan kenyamanan kita. Sebab setelah itulah cahaya harapan akan menyinari jalan-jalan kesuksesan buat kita.
Kedua, bagi kita yang tengah berada di masa kesuksesan, maka bersyukur dan waspadalah. Sebab dengan bersyukur itulah segalanya menjadi berkah. Di masa-masa seperti inilah jebakan-jebakan kesenangan senantiasa hadir di sepanjang jalan. Jika tidak waspada dan hati-hati, setiap saat kita dapat tergelincir dan jatuh. Keberkahan itulah yang dapat menyelamatkan kita sobat. Keberkahan itulah yang menyinari hati untuk selalu merendah. Keberkahan itulah yang menjaga hasrat agar tetap terkendali. Keberkahan itulah yang tetap menumbuhkan cinta dalam jiwa kita, mengikatkan tali ukhuwah kita, mengeratkan persaudaraan kita. Keberkahan itulah yang membuat segalanya tetap biasa dan indah.
Sahabat, teorinya memanglah mudah, tapi melaksanakannya sungguh berat luar biasa. Menjaga integritas dan idealisme di tengah tekanan dan himpitan hidup bukanlah perkara mudah. Sebagaimana tidak mudahnya tampil sederhana ditengah kelebihan dan keberlimpahan harta. Tetap tegak dan melukis senyuman disaat kehilangan tentu perkara sulit. Sebagaimana sulitnya menahan godaan syahwat disaat peluang dan kesempatan di depan mata. Namun bukan berarti tidak mungkin, sobat!
Read More ..