Sahabat,
Bacalah kembali sejarah mereka. Pelajari biografi mereka. Resapi nasehat-nasehat mereka. Maka engkau mungkin akan bersepakat denganku tentang dari mana mereka memulai. Pada awalnya mereka sama dengan kita, orang-orang biasa dengan beragam profesi dan keyakinan. Mereka memiliki kebutuhan hidup yang sama dengan kita. Mereka juga memiliki mimpi yang tak jauh beda dengan kita. Secara umum, dari tampak luar mereka biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa…
Hingga suatu ketika, momentum besar itu datang. Mereka harus menghadapi kenyataan hidup yang tak pernah dibanyangkan sebelumnya. Badai kesulitan datang memporak-porandakan kehidupan mereka. Gelombang ujian silih berganti menghantam bangunan mimpi mereka. Kehidupan merenggut semua yang dicintainya, hingga mereka mendapati dirinya telah berada di tepian jurang kehidupan. Saat hidup hanya menyisakan dua pilihan untuknya: to be or not to be!
Seperti itulah mungkin pilihan Soichiro Honda ketika di PHK oleh TOYOTA, atau ketika usahanya bangkrut pada Perang Dunia, atau ketika Gempa menghancurkan pabrik otomotifnya hingga rata dengan tanah. Seperti itulah mungkin tekanan dalam diri FD Roosevelt ketika mendapati dirinya lumpuh menjelang puncak karir politiknya atau ketika mendapati dirinya terpilih sebagai presiden sebuah bangsa yang collapse dan kehilangan harapan. Seperti itu pula mungkin perasaan Antony Robbins ketika harus putus sekolah karena kemiskinan orang tuanya, atau ketika ia memilih menjadi tukang cuci piring di sebuah rumah makan untuk biaya hidupnya. Dan mungkin, seperti itu jugalah suasana hati dan pikiran Tukul Arwana ketika harus berganti profesi rendahan berkali-kali sebelum sampai di puncak karirnya.
Sahabat,
Setelah berbagai kesulitan-kesulitan itulah bermula berbagai kisah kebangkitan mereka. Penderitaan dan rasa sakit telah menempa mereka menjadi manusia tangguh. Hidup telah memaksa mereka untuk memilih, dan mereka itu adalah orang-orang yang memilihi untuk tetap tegak berdiri menantang badai. Mereka, telah membuang jauh-jauh rasa takut yang hadir bersama tekanan-tekanan kehidupan itu dan memilih bersahabat dengan resiko. Mereka menyadari, pilihan mereka tidaklah banyak. Maka, bertarung melalui badai ujian dan meraih kesuksean adalah satu-satunya pilihan terhormat untuk mereka. Dan, mereka berhasil…
Sahabat,
Itulah momentum ledakan. Momentum ketika potensi-potensi luar biasa dalam diri mereka yang selama ini tersembunyi oleh kenyamanan, tiba-tiba meledak dalam satu waktu dan melahirkan kerja-kerja luar biasa yang membuatnya dikenang sebagai orang hebat. Tekanan-tekanan hidup itulah yang membuka tabir potensi mereka, menunjukkan kualitas emas mereka, memaksa mereka melakukan pekerjaan-pekerja extraordinary yang mengundang decak kagum. Tapi dibalik itu semua, jauh di kedalaman lubuk hati mereka, bukan decak kagum itulah yang mereka tunggu. Bukan segudang pujian itulah yang ingin mereka raih, apalagi hanya sekedar numpang buku biografi.
Sesungguhnya, mereka hanya sedang bekerja merealisasikan janji mereka pada diri mereka sendiri, bahwa mereka akan bangkit dari keterpurukan dengan hasil apapun. Bahwa mereka harus keluar dari badai itu dengan kondisi apa pun. Mereka hanya sedang membela air mata mereka agar itu tidak jatuh dengan sia-sia. Mereka hanya sedang mendirikian prasasti kenangan untuk berbagai kehilangan sesuatu yang mereka cintai dengan begitu dalam. Dan bahkan sebagian besarnya tidak menyadari bahwa mereka tengah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang tidak mampu dilakukan oleh orang lain pada umumnya.
Bahkan dalam skala yang lebih besar, momentum ledakan inilah yang menjadi titik awal kebangkitan bangsa-bangsa terhebat dalam sejarah. Bom Atom yang meluluh lantakkan Hiroshima dan Nagasaki adalah momentum yang membentuk jepang menjadi bangsa Raksasa. Jangan hanya terjebak pada persitiwanya sobat, tapi lihatlah berapa banyak darah dan air mata yang mengalir di dalamnya. Bayangkanlah sakit yang mereka rasakan akibat kehilangan ribuan sanak keluarga dan harta benda. Bayangkanlah penderitaan yang mereka tanggung bertahun-tahun setelah persitiwa itu. Maka engkau akan menemukan kegetiran yang luar biasa sobat. Lihatlah Amerika, bukankah Great Depression telah membuat mereka menjadi adikuasa dunia? Lihatlah China, bukankah kegetiran di masa Mao telah membentuk mereka menjadi raksasa ekonomi dunia. Dan lihatlah sejarah bangsa kita, bukankan pendihnya penderitaan selama 350 tahun mendorong para pendahulu kita untuk bangkit dengan slogan: Merdeka atau Mati!!!
Sahabat,
Oleh karena itu, jangan pernah mengeluh pada kehidupan. Sebab hidup memeliki caranya sendiri untuk memberikan tempat terhormat bagi setiap manusia yang melaluinya. Jangan pernah meratapi kegetiran, sebab disaat-saat seperti itulah kehidupan sedang bekerja untuk membersihkan jiwa kita dari karat-karat yang menghambat kesuksesan. Maka sambutlah setiap tantangan dan ujian itu dengan gelora keberanian, seperti kata Shakespeare dalam Hamlet, To Be or Not To Be!