Sunday, June 07, 2009

JIWA-JIWA OBSESIF

Joan of Arc tak bisa tenang menyakisakan kelemahan rajanya. Charles VII Sang Raja Prancis, lebih memilih bertahan di istana terakhirnya dan menunggu tibanya saat kekalahan di bawah pedang tentara Inggris. Setelah gagal meyakinkan Raja Prancis itu untuk bangkit, akhirnya Joan of Arc lebih memilih mengikuti panggilan jiwanya, jiwa yang obsesif. Bersama sekelompok pasukan kecilnya, Joan menyelesaikan sendiri misinya. Satu demi satu daerah jajahan Inggris dibebaskan. Selanjutnya jiwa obsesif Joan perlahan membangunkan tentara dan rakyat Prancis dari kubangan ketakutannya. Jiwa Joan memanggil mereka: “for those who love me.. follow me!!". Meski mimpinya tak sempat selesai, Joan of Arc telah mengajarkan kepada Raja dan rakyat Prancis bagaimana cara memulainya…



Di masa yang berbeda, Sang manusia agung, Rasulullah Saw memancangkan mimpi bagi kaum muslimin. Suatu ketika Rasulullah bersabda: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Sejak itu, mimpi menaklukkan pusat peradaban Romawi Timur, kota Heraklius, dan menjadi sebaik-baik pemimpin dan pasukan telah menggoda pemiliki jiwa-jiwa yang obsesif selama 800 tahun untuk tampil menoreh sejarah. Diawali oleh sahabat yang mulia Abu Ayyub Al-Anshary dan ditutup oleh Muhammad Al-Fatih di usianya yang baru 22 tahun. Di tangan anak muda inilah, Kota Konstantinopel jatuh pada tanggal 29 Mei 1453 M. Sebuah mimpi telah berdiri. Tetapi, jiwa-jiwa obsesif itulah yang membawa panji-panjinya...

Sahabat, seperti itulah cerita kepahlawanan silih berganti dalam lembaran-lembaran sejarah. Setiap halamannya senantiasa diukir oleh pemilik jiwa-jiwa yang obsesif. Mimpi hanyalah titik cahaya yang menjadi arahnya. Sementara jiwa-jiwa obsesif itulah yang menggerakkan dan membawa panji-panjinya. Bagi pemilik jiwa-jiwa obsesif itu, waktu hanyalah putaran masa yang hanya mampu menggerus tubuh mereka, tapi tidak dengan mimpi mereka. Itulah sebabnya, diantara mereka banyak yang sudah lapuk dimakan usia, tetapi jiwanya terus menyala…

Pemilik jiwa-jiwa obsesif itu juga pada umumnya tak manja. Kesedihan, cobaan, tantangan, bahkan fitnah tak pernah melukai jiwa mereka. Bahkan badai ujian yang selalu datang itu semakin menempa tekad mereka menjadi baja. Mereka pun tak suka mengeluh, apalagi mencari-cari alasan. Bagi mereka, hambatan dan tantangan hidup itu adalah anak-anak tangga yang harus ditaklukkan. Sebab untuk sampai kesana, jalan yang ditempuh memang tak slalu mudah…

Sahabat, demikianlah jiwa yang obsesif itu seharusnya menjadi bagian dari mimpi-mimpi kita. Sebab tanpa jiwa obsesif, mimpi kita tak akan pernah meningglkan kepala ini untuk tegak dalam kehidupan. Mimpi-mimpi itu sungguh terlalu tinggi untuk didaki oleh jiwa-jiwa yang biasa. Harapan-harapan itu sungguh terlalu terjal untuk dilalui oleh jiwa-jiwa yang lemah. Padahal kita tahu, dibalik jalan menuju mimpi-mimpi itu telah terbentang kerikil tajam dan medan yang mendaki untuk meraihnya. Dan tantangan pertama dalam mewujudkan semua mimpi kita adalah kebesaran tekad. Nah sahabat,tekad raksasa itu hanyalah milik mereka yang berjiwa obsesif...

3 comments:

andi has said...

Alhamdulillah, setelah membaca artikel-artikel di blogta, adikmu ini berusaha mencoba menjadi lebih dewasa, lebih bijaksana dalam memandang persoalan, melihat segala masalah dari perspektif yang berbeda.
Kuingin menjadi lebih baik dan ini adalah tantangan, mudah-mudahan saya memiliki tekad yang besar dalam mewujudkan mimpi-mimpi itu. Mohon do'anya kak. Uhibbuka fillah !!!

Umi Rina said...

Tekad raksasa bagi jiwa-jiwa yang obsesif, semoga mimpi-mimpi itu bisa diraih dan semoga jiwa-jiwa itu takkan pernah tertipu oleh sinar yang menyesatkan...

Bang Irwan said...

Alhamdulillah kalau tulisan2 saya yg teralu sederhana ini bisa memberi manfaat. Semuanya tentu saja hanya seizin Allah... maka segala puji hanya bagi Allah...

Post a Comment