Thursday, January 30, 2014

MENJADI "AYAH"

Saat ini saya sedang menikmati peran menjadi Ayah yang sebenarnya. Bukan karena baru akan mendapatkan momomngan… Bukan! Anak sudah tiga, sebentar lagi (insya Allah) menjadi empat bocah. Tapi karena saya harus mengurus dua anak saya yang ditinggal Umminya ke kampung buat istirahat menjaga jabang bayi dalam kandungannya yang baru berumur kurang lebih dua bulan. Bersamanya ikut si bungsu Qaireen dalam penjagaan Kakek dan Neneknya. Sudah sebulan lebih…

Jadilah saya saat ini seorang Ayah yang sibuk. Setiap pagi mengurusin anak-anak berangkat ke sekolah. Padahal biasanya menambah jam tidur ba’da subuh ^__^. Kakak Ziyadah yang susah bangun pagi butuh kesabaran ekstra membujuknya hingga masuk kamar mandi. Bahkan di kamar mandi pun terkadang masish sempat-sempatnya tertidur. Menyiapkan air mandi, seragam sekolah, alat tulis dan perlengkapan belajar, hingga membuat sarapan.

Sukses membereskan si Kakak, beralih ke putra cakep ku satu-satunya, Misyal. Dede Misyal sih serba gampang. Bangun Gampang. Mandi apalagi, hobi! Yang ribet karena Misyal butuh waktu yang agak lama kalau mandi. Pertama berendam air hangat, lamaaaaaaa… Puas berendam, baru pakai sabun dan gosok gigi. Habis sarapan, masuk ke ritual wajib buat Misyal, sisir rambut! Kadang mau model Clark Kent alias Superman, kadang juga mau model rambut Loki, itu adiknya si Thor dari Asgard. Soalnya Misyal ngefans sama Loki… (wkwkwwkwk… aneh ya?)

Setelah beres, pertama antar Ziyadah ke sekolahnya, SDIT Ar-Rahmah. Tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar lima kilo mungkin. Dan seperti biasa, Ziyadah langganan terlambat. Maklum, bangun paginya susah. Setelah itu anterin Misyal ke sekolahnya nun jauh di tengah kota, Sekolah Cendikia. Biasanya memakan waktu satu jam. Bukan karena jaraknya jadi lama, tapi karena harus melewati beberapa titik kemacetan rutin di kota ini.

Beginilah setiap pagi. Kesibukan yang dinikmati. Merasakan peran sebagai Ayah yang hadir dalam setiap milio kehidupan anak-anak di usia-usia mereka memang membutuhkan kehadiran seorang figur Ayah. Jujur, selama ini kesibukan pekerjaan telah memisahkan saya dan kehidupan anak-anak. Hampir setiap malam pulang larut saat anak-anak sudah pulas. Dan memluai aktivitas justru setelah anak-anak sudah meninggalkan rumah ke sekolah masing-masing.

Semuanya terasa nikmat. Mendengarkan celoteh ringan anak-anak tentang pengalaman belajar di sekolahnya. Mendengarkan letup-letup emosi mereka, tentang sahabat dan juga rasa marah pada si ini dan si itu yang menurut mereka jahat. Hehehe… selalu ada kelucuan dalam setiap cerita mereka. Dan juga banjir pertanyaan atas segala hal yang mereka tak fahami. Subhanallah… indah nia rezki-Mu ini yaa Allah… Fabi’ayyi ‘ala irabbikuma tukazzibaan…

Terimakasih yaa Allah… di tengah beratnya tantangan hari ini, Kau masih memberikan ruang-ruang kebahagiaan kepada saya dan keluarga…

0 comments:

Post a Comment