Di Kota Makassar, suasana jelang pemilu seperti perang kota. Ramai, dekat, dan berhadap-hadapan. Setidaknya ada 600 Caleg Kota yang gentayangan setiap hari di kampung-kampung dan kompleks perumahan warga. Mereka datang dengan bendera beraneka warna, dan tentu saja ribuan janji-janji untuk rakyat jika terpilih kelak. Waspadalah…
Di masyarakat juga bermunculan tim-tim sukses, yang tak kalah hebatnya janji-janjinya kepada para Caleg. Wajarlah, hukum ekonomi sudah demikian. Jika ada permintaan, pasti ada pemenuhan. Tim-tim sukses yang bertebaran di tengah masyarakat ini ibarat pasukan-pasukan tempur para caleg. Ada yang loyal, tapi tidak sedikit yang berwajah dua. Bahkan ada yang berwajah lima. Namanya tim sukses, pasti mereka sukses, meskipun sang caleg belum pasti sukses. Itulah dinamika politik. Orang makassar bilang, “kehidupanga…”
Pertarungan para caleg ini menarik untuk disimak, bahkan bagi sebagian masyarakat yang melek politik peperangan ini menjadi bahan ceritra yang mengasyikkan di pojok-pojok warung kopi. Diselingi dengan analisa-analisa khas warung kopi, kisah pertarungan para caleg menjadi sesuatu yang menarik dan mendebarkan. Ada caleg kaya, yang membanjiri timnya dengan uang dan sembako. Ada juga caleg, maaf bukan miskin, tapi ikhlas, yang dimana-mana mengajak orang untuk memilihnya karena ikhlas. Ada juga caleg titipan, yang jadi caleg karena anaknya pejabat anu, atau istrinya kepala anu, atau ponakannya jendral anu. Hehehe… memang sebuah ceritra yang membuat penasaran…
Trus, saya dimana? Heheheh.. sayalah salah satu dari 600 caleg yang sedang “berjuang” itu. Saya telah bertemu dengan bermacam-macam jenis caleg di lapangan. Dan sebagai caleg yang pas-pasan, saya mesti mengandalkan strategi berbeda dengan caleg yang lain, terutama caleg-caleg kaya dan caleg titipan. Kalo tidak, bisa-bisa mati konyol di medan perang, Jendral! ^___^
Tapi saya meyakini, strategi hebat apa pun yang dipakai pada peperangan ini, yang paling efektif adalah bertemu, bertemu dan bertemu dengan sebanyak mungkin orang. Ada peluru atau tak ada peluru, bertemulah dengan pemilih. Dan biarkan mereka yang memilih. Bertemu dengan orang saja belum tentu kita yang dipilih, apalagi kalau sama sekali tak pernah bertatap muka. Hehehe.. bijak sekali…
Trus, apakah saya memberikan janji? Ya, saya juga memberikan janji, sebab janji adalah ikatan komitmen antara Caleg dengan pemilihnya. Tapi, saya meberikan janji hanya yang bisa saya tepati. Ada juga caleg DPRD Kota tapi janjinya macam janji calon Walikota… alamak! Yang begini, sumpah! Banyak yang beredar di tengah masyarakat.
So, do’akan kami pemirsa… semoga Benteng Takeshi dapat direbut kembali… Ganbatte!!!