Dear My Self,
Ketahuilah, kamu itu manusia yang penuh bakat. Syukurilah semua bakat yang telah dikaruniakan oleh Allah itu untukmu. Semua bakat itu membuatmu unik, dan berbeda dengan manusia mana pun yang pernah diciptakan Allah di muka Bumi...
Berapa banyak orang yang bisa menuntaskan satu buku hanya dalam beberapa jam? Lalu membuat reviewnya, mengambil video, editing video dan upload sekaligus hanya dalam satu hari? Setiap hari selama 100 hari! Manusia mana yang pernah melakukan itu sebaik kamu? It's amazing talent, isn't it?
Kamu juga dikaruniai kemampuan persuasi yang luar biasa. Tidak banyak manusia yang bisa mengubah pola pikir seribuan orang dalam organisasi yang telah mapan selama dua puluh tahun untuk berani berubah arah, bahkan berani membuat organisasi baru yang lebih maju.
Ingat bagaimana respon kawan-kawan seperjuanganmu kala itu, ketika kamu meminta digantikan sebagai narator gagasan perubahan tersebut? Mereka semua mengerti idenya, kan? Tapi mereka juga tahu bahwa hanya kamu yang bisa menyampaikannya dengan cara yang luar biasa. Kamu bisa menyentuh pikiran dan emosi audiens sekaligus, hingga menumbuhkan keyakinan mereka.
Ingat juga bagaimana kamu mampu menggerakkan sebagian besar Badan Eksekutif Mahasiswa di kotamu saat masih kuliah. Kamu meyakinkan para aktivis mahasiswa itu, mulai dari himpunan jurusan, fakultas, BEM se-kampusmu, lalu bergerak meyakinkan para aktivis BEM semua kampus di kotamu. Dan hasilnya adalah demonstrasi terbesar setelah reformasi yang diikuti lebih dari 10.000 mahasiswa. Kamu tahu kan, kalau cerita itu terus melegenda?
Itulah kekuatan persuasi. Kamu ahlinya!
My self,
Kamu juga adalah seorang orator ulung. Singa podium. Entah apakah ada yang pernah mengatakan itu padamu atau tidak, tetapi pengalamanmu membuktikan itu. Masih ingat peristiwa demo Rektorat saat kamu jadi ketua senat mahasiswa? Itulah bukti nyata bagaimana orasimu mampu menggerakkan massa tanpa terencana. Hanya lewat orasimu yang dahsyat!
Mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran para ketua himpunan mahasiswa saat itu, yang melakukan aksi mosi tidak percaya kepadamu karena membuat format ospek anti kekerasan, bahwa massa mereka akhirnya akan berujung di gedung rektorat. Dengan gagah berani kamu turun ke tengah massa mahasiswa yang sedang marah kepadamu, menyampaikan orasi dengan berapi-api, mengarahkan amarah mereka soal ospek berubah menjadi amarah pada sistem pendidikan.
Lalu seperti seorang panglima perang, kamu mengarahkan massa mahasiswa untuk mengepung gedung rektorat, mendobrak ruang Rektor dan menurunkan kursinya. Tiba-tiba semua berubah. Orasimu telah mengalirkan energi yang semula membencimu, menjadi keberanian dan kebanggan untuk mengkritik kebijakan-kebijakan rektorat yang tidak adil kepada mahasiswa. Lihat kan? Kamu masih memiliki bakat itu, sang orator!
My self,
Kamu masih punya segudang bakat yang lain. Hargailah semua bakat itu sebagai pemberian Tuhan yang disematkan padamu agar memberi manfaat. Kamu bisa menulis. Berkali-kali tulisanmu dimuat di media massa. Blog dan coretan-coretanmu di media sosial selalu banjir pujian. Mengapa kamu tidak mengembangkan bakat itu? Tulislah sebuah buku. Atau beberapa buah buku. Bukankah kamu sangat mencintai buku?
Kamu juga seorang politisi ulung. Kawan dan lawan politikmu mengakui itu kan? Kualitasmu membuat banyak politisi dan birokrat yang menyanyangkan keputusanmu untuk "gantung sepatu" pada pemilu yang lalu. Berhasil memenangkan kompetisi politik yang sulit di daerah yang tidak kamu kenali sama sekali, tanpa sanak-keluarga, tanpa kawan sepermainan, bahkan kamu masih sering tersesat ketika menelusuri jalan-jalannya, tapi kamu bisa terpilih sebagai legislator dua kali berturut-turut dari sana. Apa itu bukan bakat?
Kamu memiliki bakat sebagai leader. Dan kamu juga seorang team player. Berapa banyak proyek yang berhasil kamu selesaikan dengan gemilang sebagai team leader? Pemilihan Bupati, pemilihan Gubernur, meloloskan anggota DPR, dan banyak lagi proyek-proyek tim yang berhasil kamu kelola sejak mahasiswa hingga sekarang, kan? Dalam dirimu ada jiwa pemimpin besar. Hiduplah dengan jiwa itu.
Kamu juga memiliki bakat sastra. Berapa banyak puisi yang telah kamu buat? Ada yang menyebutmu sebagai pujangga. Apa-apa bisa jadi puisi. Bahkan kamu pernah memberanikan diri memberikan hadiah kumpulan puisimu kepada seseorang. Tidak semua orang bisa menyusun kalimat-kalimat indah sebagai ekpresi pikiran dan emosi kan? Mengapa sekarang kamu berhenti menjadi puisi dalam hidup ini?
Kamu hebat dalam public speaking. Itulah sebabnya hingga saat ini undangan untuk presentasi di berbagai organisasi tidak pernah berhenti. Mulai dari skala lokal hingga nasional. Swasta dan pemerintah. Organisasi laba dan nir-laba. Mengapa? Karena mereka tahu dengan baik kualitasmu. Jika orang lain begitu percaya kepadamu, mengapa dirimu tidak?
Kamu juga punya bakat arsitektural, meski kamu bukan arsitek. Masih ingat kan siapa yang mendesain rumah idamanmu yang begitu nyaman dan kamu nikmati saat ini? Itulah kamu. Imajinasi arsitekturalmu luar biasa. Kamu juga seorang master chef, paling tidak untuk keluargamu. Kamu yang bisa menghadirkan makanan-makanan "asing" di meja dapurmu, dan semua keluargamu suka: burger, sandwich, hotdog, suki, sushi. So, don't under estimate about your super chef talent, man!
Dear, my Self...
Terimalah semua bakat-bakat luar biasa itu sebagai takdir yang mesti memberi manfaat. Bukan hanya untuk dirimu, tapi juga untuk keluarga dan orang-orang yang ada di sekitarmu. Kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas semua anugerah itu kelak. Maka mulailah pikirkan dengan apa kamu akan mempertanggungjawabkannya....
Disclaimer:
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyombongkan diri. Tapi implementasi atas tips DR. Ivan Joseph dalam forum TED Talk tentang bagaimana membangun self-confidence, yang salah satu bentuknya adalah positive self-talk dalam bentuk surat untuk diri sendiri seperti ini. Jadi, tulisan ini ditujukan untuk diri saya. Jika ada yang merasa dapat mengambil manfaat darinya, semoga itu merupakan positive vibe yang teresonansi melalui kekuatan kata-kata. Semoga bermanfaat!
0 comments:
Post a Comment