Ini kisah tentang teman angkatanku di kampus. Sahabatku ini namanya Khalak, jurusan teknik perkapalan. Sehari-harinya di kampus Khalak ikut kuliah, tapi selepas kuliah biasanya dia habiskan waktu di sudut-sudut kampus yang kurang ramai atau di kantin untuk bermain gaple. sampai waktu kuliah masuk kembali. Siang dan malam dihabiskan dikampus, bukan untuk penelitian tentu saja, melainkan ngebanyol dengan junior-junior di sekret himpunan atau senat. Seperti itulah siklus hidup sahabatku, Khalak...
Suatu hari aku bertemu Kahalak di kantin, dengan ramah ia menyapaku. Sebagai mahasiswa yang nyambi jadi trainer di sebuah lembaga pengembangan SDM, khalak senang berbicara tentang filosofi-filosofi hidup kepadaku. Karena aku tahu siklus hidup Khalak, hampir semua yang disampaikannya aku anggap angin lalu, maklum, dia seorang banyoler. .. Aku berfikir, betapa kasihannya hidup sahabatku ini. Mungkin orang seperti ini tidak memiliki agenda-agenda besar dalam hidupnya, karenanya pekerjaan-pekerjaan hariannya melulu hal-hal sepele, pikirku.
Lalu, rasa kasihanku mendorongku untuk bertanya kepadanya dengan pertanyaan yang menohok. "Khalak, apa sih cita-cita kamu fren?" tanyaku dengan ringan. Ekspresi mukanya berubah, dari ekspresi ringan dan riang, menjadi ekspresi keseriusan. Dia berpikir sejenak, seolah-olah pertanyaan itu saaangat sulit. Lalu Khalak tersenyum ke arahku. Menatapku dengan tatapan kesungguhan. "Fren, percayalah bahwa aku juga punya cita-cita...", katanya penuh keseriusan. "Cukup sederhana dan mungkin tak serumit cita-citamu...", lanjutnya. "Aku hanya ingin... minum-minum teh, dan makan-makan kurma...", lanjutnya sambil tersenyum. Lalu khalak terdiam sejenak, dan melanjutkan ucapannya, "...tapi, dengan Rasulullah! ya...dengan Rasulullah, Fren! Percayalah...", ungkapnya dengan mantap, sambil memukul-mukul lembut pundakku. Lalu Khalak berlalu meninggalkanku dengan senyum kepuasan.
Aku terdiam sambil menatapnya pergi. Ada seuntai rasa kagum yang menyelinap dalam hati kecilku. Ada pula segumpal rasa malu yang menampar fikiran sadarku. Ya, aku kagum dengan cita-citanya yang sederhana, tapi sangat obsesif. Cita-cita yang sesungguhnya menjadi kerinduan setiap orang tetapi jarang terekspresikan. Padahal sesuatu yang terekspresikan dalam kata adalah buah dari pikiran dan keyakinan. Mungkin banyak orang yang juga merindukan surga, tapi tak sepotong kata pun tentang surga yang dia ucapkan dalam setiap harinya. Kerinduan yang palsu, itulah hakikatnya...
Aku juga malu, malu pada keadaan diriku yang begitu sempit dan picik memandang kualitas seseorang. Mungkin apa yang aku ketahui tentang Khalak hanya sebatas apa yang tertangkap oleh mata kepalaku. Tapi apa yang dia lakukan diluar itu, siapa yang tahu? Mungkin saja malam-malamnya bertabur zikir... mungkin saja dalam setiap munajatnya berderai air mata raja' kepada Rabbnya... mungkin saja hatinya begitu hilm sehingga tak sekalipun pernah menyakiti sesama makhluk Allah... siapa yang tahu?
Thankyou my friend! Kau memberikan aku sebuah nasehat. Betapa mimpi yang rumit, dan cita-cita yang berbeli-belit tidak menjamin bahwa kesanalah tujuan kita sesungguhnya. Hidup ini sudah begitu rumit, maka hadapilah dengan sikap yang sederhana...
Call me, if someday you read this posting.... (miss u fren!)
1 comments:
Inspiring story...
Post a Comment