Day 2
Setelah puas mengitari istana Topkapi Sarayi, tujuan selanjutnya adalah bangunan tua paling terkenal di Istanbul sekaligus salah satu icon historis Kota Istanbul, Aya Sophia. Bangunan megah berasitektur klasik ini pada awalnya adalah sebuah gereja di era kekaisaran constantine, Konstantinopel. Setelah Konstantinopel dibebaskan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih tahun 1453, bangunan indah ini pun diubah fungsinya oleh Sultan Muhammad menjadi Masjid, bersamaan dengan penggantian nama Konstantinopel menjadi Istanbul. Namun belakangan, setelah era dinasti Utsmaniyah runtuh, Aya Sophia diubah fungsinya menjadi museum, hingga hari ini.
Letak Aya Sophia tak begitu jauh dari istana Topkapi Sarayi. Kita hanya perlu berjalan kaki sekitar seratus meter ke arah berlawan dengan pintu gerbang istana Topkapi. Karena merupakan icon Istanbul dan memiliki sejarah panjang sejak era keemasan bangsa Romawi, bangunan ini menjadi salah satu favorit para wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tak heran, untuk masuk ke bagian dalam Aya Sophia para pengunjung terkadang harus bersabar mengikuti antrian panjang untuk membeli tiket masuk seharga TL 25. Sama seperti pintu masuk istana Topkapi, untuk masuk ke halaman depan Aya Sophia, para pengunjung juga harus melalui metal detector dan x-ray barang bawaan.
Seketika melewati pintu masuk bangunan Aya Sophia, pengunjung akan merasakan suasana relijius dan sakral yang luar biasa. Bangunan ini seperti rumah raksasa. Langit-langit bangunan yang begitu tinggi ditopang oleh dinding-dinding serta lantai dari marmer berukuran besar, membuat pengunjung yang masuk ke dalamnya akan merasa kerdil. Intensitas cahaya rendah dari lampu gantung berwarna sephia, serta sinar matahari yang menyelinap masuk melalui kaca-kaca mozaik khas gereja klasik eropa bertemu dengan kaligrafi indah timur tengah di langit-langit Aya Sophia menciptakan suasana kudus.
Salah satu pemandangan yang menarik di bagian dalam Aya Sophia adalah masih terpeliharanya gambar bunda maria di atas langit-langit kubah mihrab yang diapit oleh kaligrafi raksasa bertuliskan lafadz Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw, serta kaligrafi bertuliskan nama Khulafaurrasyidin pada dinding bawahnya dengan ukuran yang lebih kecil. Juga sepasang gambar malaikat bersayap di bawah kubah utama yang dipenuhi kaligrafi arab, melegkapi pesan kedamaian Islam yang dibawa oleh Sultan Muhammad Al-Fatih saat membebaskan Konstantinopel.
Terlepas dari apa pun yang dijelaskan oleh guide para pengunjung dari berbagai belahan dunia tentang Aya Sophia, satu hal yang pasti bahwa bangunan ini memiliki cerita dan sejarah yang sangat banyak untuk diceritakan. Bukan hanya untuk bangsa Turki atau dunia Islam, tapi juga bagi semua orang yang tertarik dengan perjalanan sejarah jatuh bangunnya berbagai imperium besar di Seluruh dunia. Dan yang pasti, berfoto di depan Aya Sophia 'wajib' hukumnya bagia siapa pun yang mengunjungi Kota Istanbul untuk pertama kalinya sebagai bukti paling original bahwa ia telah menginjakkan kaki di Istanbul. (Hahahahahaha.... Itu menurut saya)
Di depan Aya Sophia, terdapat sebuah masjid megah nan indah yang sangat terkenal, Blue Mosque atau Sultan Ahmed Cami. Masjid ini hanya dipisahkan oleh taman dan air mancur yang asri dengan Aya Sophia. Biasanya pengunjung yang beragama Islam seperti kami mengunjungi masjid ini sekaligus untuk melaksanakan shalat dzuhur atau ashar. Halaman masjid bagian luar yang dipenuhi pohon rindang dan taman asri serta dilengkapi tempat duduk yang nyaman membuat pengunjung yang tidak shalat tetap merasakan kenyamanan Blue Mosque. Tempat wudhu yang terletak di bagian samping halaman luar masjid dengan jumlah keran yang cukup banyak tak pernah kehabisan air segar yang dinginnya sedingin air gunung.
Untuk masuk ke bagian dalam Blue Mosque, setiap pengunjung wajib menutup aurat, bahkan non muslim sekalipun. Dan pengunjung yang bukan muslim hanya boleh masuk sampai batas yang telah ditentukan dan dibatasi dengan border partisi. Di sinilah salah satu sisi menarik dari Blue Mosque. Kita akan menemukan perempuan-perempuan dari berbagai etnis dan suku bangsa di dunia mengenakan hijab atau jilbab. Pemandangan yang luar biasa! (Dilarang negatif thinking... Hihihihihi...)
Itu sesuatu yang aneh, tapi menakjubkan menurut saya. Walaupun selalu ramai, tak perlu khawatir kehilangan sendal atau sepatu di sini. Pengurus masjid telah menyediakan kantong kresek gratis untuk sendal/sepatu pengunjung. Dan di dalam masjid tersedia rak-rak sepatu yang memungkinkan pengunjung melaksanakan shalat di dalamnya tanpa harus cemas akan kehilangan sepatu. Patut ditiru di indonesia.
Bagian dalam Blue Mosque sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan masjid-masjid di Istanbul pada umumnya. Namun ukurannya yang lebih luas dan keindahan motif seni kaligrafinya yang dominan berwarna biru membuat Blue Mosque tampak lebih indah dan megah dibandingkan masjid-masjid lainnya di Istanbul. Selain itu, letaknya yang berada di dalam kompleks kota tua Istanbul menjadikan Blue Mosque sebagai salah satu destinasi utama wisatawan yang ada di Istanbul dan menjadi icon kedua Kota tua Istanbul setelah Aya Sophia. Next, tentu saja foto-foto. Di depan Blue Mosque sudah tersedia deretan bangku untuk berfoto dengan latar belakang Blue Mosque atau pun Aya Sophia. Hanya saja, mungkin perlu pertimbangan jika ingin berfoto pada siang bolong yang terik. Bukan apa-apa, hanya saja panaaasss... Dan dipastikan wajah anda di foto yang anda cetak nantinya akan lucu..
Well.. Selesai sudah target kunjungan di hari kedua ini. Selain tiga bangunan bersejarah yang sudah kami kunjungi, sebenarnya masih ada beberapa situs bersejarah lainnya di kompleks kota tua ini, seperti tugu ular peninggalan romawi kuno di bekas Hippodrome, dsb. Tapi karena kampung tengah sudah tak mau kompromi, maka petualangan di kota tua hari ini diakhiri dengan indah di salah satu kedai makan tak jauh dari Blue Mosque. *to be continued
0 comments:
Post a Comment