Wednesday, June 21, 2017

LEBIH DEKAT

#TurkeyTripSeries

Day 3

Di hari ketiga, kami prepare lebih awal. Pagi ini kami ingin lebih dekat dengan berjalan kaki menelusuri kawasan Taksim Meydani serta Istiklal Caddesi dan sekitarnya. Hanya di pagi hari sajalah kawasan ini bisa sepi. Jadi kami akan lebih bebas menyusuri setiap lorong-lorongnya. Saat akan keluar hotel, ternyata Istanbul sedang disiram hujan rintik-rintik. Bagiku, itu suasana yang indah. Sebab hujan selalu menghadirkan rasa rindu pada semua yang dicintai. Hujan selalu hadir membawa ingatan masa lalu yang pantas untuk dikenang. Untungnya, hujan rintik-rintik ini tak berlangsung lama. Tapi lumayan cukup untuk membasahi jalan-jalan istanbul yang kering.

Kami menjadikan tugu Ataturk di tengah-tengah Taksim Meydani sebagai titik start jalan kaki. Taksim Square masih sepi, begitu pula jalan-jalan di sekitarnya. Hanya para pemiliki toko dan kedai-kedai teh yang terlihat mempersiapkan dagangan mereka pagi ini. Juga petugas kebersihan yang tampak serius bekerja mendandani wajah istanbul sebelum penghuninya memulai aktivitas mereka. Dan yang tak mau kalah, ratusan burung merpati yang bersiap menjemput rezki mereka dari turis-turis yang senang saat mereka berkumpul dan memberinya makanan.



Pertama kami menelusuri Istiklal Caddesi. Jalan menurun yang cukup panjang ini merupakan favorit banyak turis untuk berbelanja dan bertemu dengan orang-orang dari berbagai bangsa. Di samping kiri kanannya berjejer tokok-toko, kantor, kedai, restoran, bank, butik, money changer dan semua yang dibutuhkan oleh pengunjung tersedia di sini. Di tengahnya terdapat jalur trem klasik yang rutenya hanya di sekitar Istiklal Caddesi dan Taksim Square. Trem ini cukup membantu bagi pengunjung yang tidak mampu berjalan kaki menurun dan mendaki mengikuti kontur tanah Istanbul.




Sampai di ujung jalan Istiklal Caddesi, kami menyusuri lorong-lorong Taksim yang lain. Jalan-jalannya sangat sempit, makanya semua jalan hanya bisa satu jalur untuk semua kendaraan. Kontur jalan juga terkadang sangat curam. Pengguna jalan termasuk pejalan kaki harus ekstra hati-hati, dan ekstra keluarkan energi untuk mendaki. Salah satu bangunan bersejarah kami tuju selanjutnya adalah Galata Tower. Bagunan ini sangat mencolok saat dilihat dari kawasan Kota Tua, terutama dari kawasan Grand Bazaar. Sebab menara ini berada di puncak tertinggi perbukitan Galata yang terletak pada pertemuan Selat Bosphorus dan Golden Horn. Setelah foto-foto, perjalanan dilanjutkan menyusuri pinggiran selat Bosphorus, kemudian mendaki jalan curam menuju Taksim meydani.

Perjalanan yang cukup melelahkan pagi ini. Tapi endingnya menyenangkan. Ditutup dengan breakfast di sebuah kedai teh terkenal di Taksim Square, Hafidz Mustafa. Menyeruput teh Turki di teras luar kedai sambil menyaksikan warga Istanbul yang berlalu lalang menuju tempat kerjanya. Kata kawanku, kita seperti duduk di samping catwalk peragaan busana melihat yang lalu lalang tampil cantik dan menawan. Kalau macam nih, bisa tak balik kita ke tanah air, Bro... (Hahahahhaha... Just kidding..) Hampir semua kedai teh di sekitar Taksim Square ini telah ramai. Berbeda dengan susana satu jam sebelumnya. Mungkin memang sudah budaya warga Turki yang lebih senang memulai pagi dengan minum-minum teh dan kopi di teras-teras kedai dan toko. Pemandangan seperti ini hampir selalu bisa ditemukan di setiap sudut kota Istanbul.




Setelah menyelesaikan tegukan terakhir teh Turki, kami pun bergegas kembali ke hotel untuk istirahat sebelum memulai agenda selanjutnya. Dan hari ini kami berencana menuntaskan niat yang tertunda kemarin, tour selat Bosphorus. Kali ini harus dipersiapkan dengan lebih matang waktunya. Tapi sebelumnya, kami akan mencoba salah satu wahana lain yang tak kalah seru, kereta gantung Teleferi yang melintasi sedikit bagian kota Istanbul. Lumayan untuk dapat gambar sebagian kota Istanbul dari ketinggian. Dan judul istirahat sejenak pun ternyata berakhir dengan mata terpejam, pikiran masuk ke alam bawah sadar, atau disebut juga, TIDUR...

 * to be continued

0 comments:

Post a Comment