Day 3
Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk kapal wisata memutari selat Bosphorus. Ini untuk tour dengan rute singkat. Ada pilihan tour dengan rute yang lebih panjang dan memakan waktu hingga dua jam. Tergantung pilihan pengunjung. Di atas kapal juga tersedia banyak pilihan makanan dan minuman untuk penumpang sebagai teman kala menikmati pemandangan selat Bosphorus. Kapal yang kami tumpangi kembali bersandar ke dermaga Ortakoy yang tak pernah sepi. Sudah hampir sore, waktunya menuntaskan rencana perjalanan hari ini.
Seperti kemarin, hari ini pun kami berencana untuk menikmati senja di suatu tempat yang istimewa. Tempat yang kira-kira punya cerita, dan juga indah. Tempat yang seandainya ada dalam film India, tokoh utamanya akan segera mencari pohon untuk bernyanyi dan berjoget. (Hahahahhaa... Maklum Bollywood fans....) Dan pilihan kami jatuh ke pantai Uskudar, tepi Bosphorus di daratan Asia. Dari sini kita dapat melihat menara kecil di tengah selat yang bernama Kiz Kulesi atau The Maiden Tower. Menara ini juga menjadi salah satu bangunan ikonik Kota Istanbul. Kiz Kulesi termasuk bangunan kuno yang konon sudah ada sejak masa keemasan Bizantium. Dan banyak cerita-cerita klasik yang berkembang tentang latar belakang menara ini.
Sebelum meninggalkan Eropa menuju Asia, kami menyempatkan diri singgah di salah satu agen perjalanan di kompleks kota tua untuk mengatur agenda wisata balon udara di Cappadocia. Kami butuh travel agen untuk mengatur perjalanan ini sebab Cappadocia berada jauh di luar Istanbul masuk ke kawasan Asia. Perlu waktu sepuluh jam perjalanan dengan menggunkan bus atau 45 menit dengan menggunakan pesawat terbang. Setelah petugas travel agen menghitung-hitung perkiraan biaya, keluarlah angka 350 euro per orang. Wow, very expensive realy! Kira-kira sekitar 5 juta-an per orang. Karena penasaran dengan pengalaman balon udara ini, akhirnya kami oke dengan biayanya. (Tidak khawatir, soalnya ada boss... Hihihihi...)
Selanjutnya petugas travel yang kebetulan beristrikan orang Palembang dan cukup baik dalam berbahasa Indonesia menunjukkan kepada kami itinerary ke Cappadocia. And the problem is coming! Ternyata untuk menikmati balon terbang kami harus menginap semalam di Cappadocia sebab pengunjung hanya bisa menikmati balon terbang pada subuh hari menjelang matahari terbit. It's okay! Kalau perhitungan waktu kami, jika berangkat malam ini via pesawat berarti besok sore sudah bisa kembali ke Istanbul untuk menyelesaikan agenda terakhir, "melihat-lihat barang" di Grand Bazaar.
Tapi ada penjelasan selanjutnya, dan belum tentu besok subuh bisa benar-benar terbang dengan balon, sebab kadang-kadang cuaca kurang mendukung sehingga pada umumnya wisatawan yang ke Cappadocia menyiapkan waktu hingga dua malam. This is the real problem! Kami tak punya waktu selama itu. Lusa kami sudah harus kembali ke Indonesia. Setelah berdiskusi, dengan berat hati, kepala tertunduk, badan lemas, hati galau, kami putuskan agenda Cappadocia batal. Tragis memaN... (Air mata menganak sungai dengan musik hymne sebagai latar belakang...)
Matahari semakin rendah. Tak ada waktu menangisi kegagalan ke Cappadocia. Perjalanan ke Uskudar di daratan Asia cukup jauh dan sering macet. Kami pun segera meninggalkan kota tua menuju pantai Uskudar. Sempat merasakan kepadatan sebelum memasuki Jembatan Bosphorus (Bogazici Koprusu), akhirnya kami tiba di kawasan pantai Uskudar setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam. WOW... Tempat ini luar biasa. Kita bisa melihat Kiz Kulesi lebih dekat. Saat ini menara itu telah dialihfungsikan menjadi cafe. Untuk ke sana tersedia perahu khusus sebagai satu-satunya transportasi untuk mengangkut pengunjung menikmati bersantai di tengah selat Bosphorus. Tapi kami tak berencana menuju ke sana.
Justru suasana yang lebih menarik adalah cafe terpanjang bertingkat tiga di sepanjang pantai selat Bosphorus. Saat kami tiba, cafe ini telah penuh. Maklum, sebentar lagi matahari akan terbenam di tanah Eropa. Pramusaji kafe tampak sibuk hilir mudik melayani pesanan para pengunjung. Susananya mengingatkan aku pada kesibukan pelayan rumah makan di Indonesia menjelang buka puasa di bulan Ramadhan.
Meskipun kursi-kursi telah penuh, pengunjung tetap berdatangan untuk menikmati senja walau hanya dengan duduk-duduk di kursi-kursi yang tersedia di pinggir jalan, seperti kami. Pengunjung yang tak kebagian kursi tetap saja dapat menikmati berbagai ragam makanan dan minuman yang juga dijajakan oleh asongan dan kaki lima. Dan ketika matahari terbenam, puncak keindahan dan kekaguman bersatu dalam rasa takjub pada keagungan Sang Pencipta. Di sini, beberapa bait puisi telah terangkai dalam hati. Istanbul yang indah, sungguh tempat yang terberkati...
Setelah matahari benar-benar telah tenggelam, kami pun meninggalkan tempat ini. Kami kembali ke Taksim Square untuk menikmati makan malam dan bergabung dengan rakyat Turki merayakan kemenangan demokrasi. Kami menelusuri Istiklal Caddesi yang begitu padat dan ramai malam ini. Akhirnya kami memilih salah satu rumah makan yang ada di Istiklal Caddesi. Tuntas dengan urusan makan, kami lalu bergabung dengan ribuan rakyat Turki yang memadati alun-alun Taksim sambil melambaikan bendera dan menynyikan lagu-lagu perjuangan bangsa Turki. Tak sampai satu jam, kami pun meninggalkan Taksim Square dan kembali ke hotel. Mempersiapkan diri untuk besok yang akan jadi hari terakhir kami di Istanbul.
0 comments:
Post a Comment