Wednesday, June 21, 2017

ISTANBUL

#TurkeyTripSeries

Day 1

Akhirnya bisa kembali lagi ke sini, Kota Istanbul, Turki. Kota indah yang penuh sejarah. Kota yang menjadi saksi jatuh bangunnya berbagai peradaban dan dinasti raksasa. Siapa pun yang pernah ke sini, boleh jadi, akan selalu merindukan kota ini kembali. Seperti aku hari ini, yang kembali menginjakkan kaki di bekas pusat peradaban Konstantinopel ini setelah lima tahun yang lalu mengunjunginya.

Perjalanan ku ke Istanbul kali ini di luar rencana. Berkat kebaikan dua orang sahabat ku, yang entah habis makan apa, tiba-tiba mengajakku terbang ke Turki hanya beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan mereka. Yah, rezki anak sholeh, tak mungkinlah ditolak. Meski terbersit sedikit rasa was-was dan seribu tanda tanya tentang situasi Turki pasca percobaan kudeta yang gagal dua pekan yang lalu (15/7). Dengan mengucap bismillah wa tawakkal 'alallah, kami pun terbang ke Istanbul

Menggunakan pesawat Qatar Airways, perjalanan yang memakan waktu kurang lebih lima belas jam alhamdulillah berjalan lancar. Sempat transit di Hamad International Airport, Doha State, Qatar selama dua jam, kemudian dilanjutkan dengan pesawat yang lebih kecil menuju Sabiha Gocken Airport, Istanbul. Kami tiba di Istanbul sekitar jam satu siang waktu setempat.

Di luar dugaanku, bayangan tentang akan ketatnya pemeriksaan imigrasi di airport akibat kejadian kudeta ternyata tidak terjadi. Pemeriksaan berlangsung biasa-biasa saja seperti tak ada kejadian luar biasa. Bahkan yang lebih mengherankan bagiku adalah banyaknya wisatawan yang memenuhi bandara Sabiha yang akan memasuki Istanbul. Luar biasa! Ternyata kejadian kudeta militer yang gagal dua pekan sebelumnya tidak menurunkan minat wisatawan untuk mengunjungi Turki.

Suasana berbeda begitu terasa ketika kami akan meninggalkan bandara Sabiha. Hampir semua kendaraan, termasuk taksi yang berseliweran di jalanan sekitar kawasan bandara tampak memasang bendera Turki, Ay Yildiz. Di sepanjang jalan yang kami lewati dari bandara Sabiha di daratan Asia hingga ke kawasan Taksim di daratan Eropa Kota Istanbul, suasana nasionalisme Turki begitu terasa menyelimuti seluruh kota. Bendera Ay Yildiz berukuran raksasa terpasang di hampir semua gedung-gedung tinggi. Begitu pula di rumah-rumah dan apartemen, Ay Yildiz nampak menghiasi dinding-dindingnya. Merinding merasakan suasana itu. 





Kami memilih untuk menginap di kawasan Taksim Square (Taksim Meydani). Public sphere yang tak pernah tidur di bagian Eropa Istanbul. Kawasan ini bisa dikatakan one stop services area, semuanya ada. Kemana-mana cukup berjalan kaki. Juga tersedia pilihan hotel dengan bermacam-macam rate harga, tinggal menyesuaikan dengan kemampuan. Kami memilih Point Hotel, di jalan Abdulhak Hamit Cd. Hotel ini hanya berjarak kurang lebih 200 meter dari alun-alun Taksim, tempat ribuan wisatawan berlalu lalang setiap hari.

Lepas menghilangkan penat dan jet lag, hari pertama di Istanbul kami isi dengan menyelesaikan agenda bisnis mister boss baik hati yang mengajakku ke Turki. Meeting di beberapa tempat, bolak balik Eropa dan Asia, hingga urusan bisnis untuk hari itu kelar menjelang malam. Setelah itu, kami berkeliling kota Istanbul dan menelusuri jalan-jalan utama seperti Fatih Cd, Kennedy Cd serta tiga jembatan yang membentang di atas selat Bosphorus. Agenda berkeliling kota hari itu di tutup dengan menikamti teh Turki yang khas di sebuah kedai teh terkenal di seputaran Fatih Caddesi hingga malam tiba.

Sebelum kembali ke hotel untuk istirahat, kami iseng-iseng menuju alun-alun Taksim Meydani. Tempat yang selalu ramai oleh turis dan anak-anak muda Turki hingga menjelang pagi. Dari jauh sudah terdengar suara-suara musik dan teriakan yel-yel seperti demonstrasi. Sebenarnya tidak aneh, sebab Taksim dan Istiklal caddesi memang tempat yang disediakan untuk berbagai kegiatan publik, termasuk demonstrasi.



Kami sangat kaget begitu memasuki alun-alun Taksim, di sana telah berkumpul ribuan orang yang membawa bendera Turki dan mengenakan berbagai atribut nasionalisme Turki. Juga terdapat sebuah panggung besar dengan layar raksasa di kedua sayapnya. Usut punya usut, ternyata acara tersebut semacam pesta rakyat Turki atas kemenangan demokrasi dan gagalnya kudeta militer dua pekan sebelumnya. Tulisan raksasa "Hakimiyet Milletindir" yang terjemahan googlenya berarti Kedaulatan Milik Bangsa dan "Demoracy Kazandi" yang mungkin artinya Kemenangan Demokrasi, menghiasi sudut-sudut Taksim. Ribuan manusia dalam dominasi warna merah tenggelam dalam eforia kemenangan dan dukungan kepada pemimpin yang mereka cintai.

Di pojok alun-alun, terdapat semacam tugu penghormatan kepada mereka yang gugur dalam upaya perlawanan terhadap kudeta. Para pengunjung bergantian meletakkan karangan bunga penghormatan di bawah dinding yang bertuliskan nama-nama mereka. Suasana haru dan penuh hormat begitu terasa di sini. Mereka pasti akan dikenang untuk waktu yang lama sebagai para pahlawan. Tak jauh dari tugu penghormatan tersebut terdapat layar raksasa yang menampilakan kilas balik berbagai kejadian selama kudeta. Termasuk heroisme rakyat turki yang melawan militer dengan tangan kosong. Taksim, benar-benar berubah menjadi monumen perjuangan rakyat Turki untuk kemenangan demokrasi. Nama Erdogan terus diteriakkan dengan penuh bangga oleh mereka.

Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel menjelang tengah malam. Meninggalkan rakyat Turki yang masih berkumpul di alun-alun seperti enggan meninggalkan Taksim. Ternyata, acara ini telah berlangsung setiap malam sejak kejadian kudeta yang gagal. Entah sampai kapan. Dan ternyata acara seperti ini bukan hanya di Taksim, tapi di beberapa titik kota dengan jumlah yang tak kalah banyak dibandingkan Taksim. Luar biasa!!!

 * to be continued...

0 comments:

Post a Comment