Day 3
Gara-gara mendaki gunung turuni lembah kawasan Taksim seperti Ninja Hattori tadi pagi, ternyata butuh waktu lebih lama untuk recovery energinya. Tapi itu pengalaman yang luar biasa. Setidaknya bisa aku anggap sebagai napak tilas sejarah bagaimana heroiknya pasukan Muhammad Al-Fatih memindahkan kapal-kapal perangnya dari Selat Bosphorus ke Golden Horn melalui jalur darat. Rute yang kami lewati sedikit bersinggungan dengan rute yang dilalui oleh pasukan Sultan Al-Fatih menarik kapal-kapal perangnya dan menjadi fajar kemenangan pembebasan Konstantinopel tahun 1453.
Akhirnya kami baru fresh dan siap jalan setelah waktu dzuhur. Tapi tak apa, hari ini juga sudah tidak terlalu banyak rencana. Selain agenda tour selat Bosphorus serta mencoba pengalaman melayang menggunakan Teleferik, palingan mencari kantor travel yang bisa membantu kami menikmati pengalaman terbang dengan balon udara di Cappadocia besok. Well, setelah semua persiapan oke, Mister Abdullah yang sedari tadi menunggu kami di loby hotel pun siap menjalankan tugas.
First destination is, makan siang! Offcourse.. Dari tadi panggilan alam sudah sayup-sayup terdengar. Atas saran seorang kawan dari Rusia, kami ditunjukkan sebuah restoran Malaysia di daerah Fatih Caddesi. Restoran Nur Muhammad namanya. Kebetulan sekali, sudah dua hari perut kami yang asli buatan indonesia ini dipaksa mengolah makanan Eropa dan Timur Tengah. Sekarang waktunya BALAS DENDAM!!! Tak terlalu susah bagi mister Abdullah untuk menemukannya. Dan rasanya, seperti ada di rumah. Pegawai restoran ini juga budak Malaysie semuee. Jadi tak payah untuk bise bercerite. Macam keluarge jee. (Untung sering nonton Upin-Ipin, jadi pandailah bahasa Malaysie sikit-sikit).
Lepas tuh.. Eh, maaf... Habis makan siang, kami menuju wahana kereta gantung Teleferi di daerah Eyup. Daerah Eyup ini juga termasuk kawasan ramai pengunjung. Saya sendiri baru pertama kali menginjakkan kaki di sini. Di halaman Masjid Eyup Sultan Cami terdapat alun-alun dan juga panggung pesta rakyat seperti di Taksim Square. Juga ada pasar handycraft yang tidak terlalu panjang. Tapi kami masih harus berjalan kaki menuju stasiun Teleferik yang letaknya di atas ketinggian. Tanpa susah payah, akhirnya kami tiba di stasiun Teleferik. Tapi sayang, di stasiun ini para pengunjung telah antri mengular panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat itu yang di cari. Inilah kami yang terbelakang.
Keputusannya, kita capcus. Balik arah menuju dermaga kapal wisata untuk tour selat Bosphorus di kawasan Ortakoy. Ortakoy ini adalah salah satu kawasan kuliner terkenal di Istanbul. Letaknya di tepi selat Bosphorus bagian Eropa dan berada di bawah jembatan Bosphorus (Bogazici Koprusu) yang menghubungkan daratan Asia dan Eropa Kota Istanbul. Tempatnya tidak terlalu luas, tapi selalu padat pengunjung. Di sini juga sekaligus menjadi dermaga kapal wisata untuk tour selat Bosphorus. Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya kapal wisata siap diberangkatkan meskipun penumpangnya tidak penuh-penuh amat. Dulu waktu datang ke sini pertama kali sebenarnya aku sudah mengikuti tour Selat Bosphorus ini. Tapi tetap saja, selalu ada yang baru dan menarik untuk dinikmati.
Dalam tour selat Bosphorus, kita bisa menyaksikan langsung berbagai bangunan bersejaran nan indah di kedua sisi selat, baik yang di daratan Eropa maupun yang berada di daratan Asia. Beberapa objek menarik yang wajib untuk diabadikan dari pemandangan selat Bosphorus seperti Masjid Ortakoy Cami; Istana Domabahce; Kompleks Kota Tua, terutama Topkapi Sarayi yang paling dekat dengan sisi selat; Kiz Kulesi (Maiden Tower), yaitu istana kecil di tengah selat; Galatasaray Adasi, restoran terapung dengan fasilitas lengkap termasuk kolam renang; Sepasang benteng pengintai yang masih kokoh, Anadolu Hisari di sisi Asia dan Rumeli Hisari di sisi Eropa; dan Kompleks perumahan mewah dengan latar belakang kontur pegunungan Istanbul yang menawan. Tak cukup untuk dituliskan berbagai keindahan di selat Bosphorus. Dan yang pasti, tiupan angin sejuk nan lembut serta permainan akrobat burung-burung camar mengikuti kapal menjadi pengalaman yang tak mungkin terlupakan.
* to be continued
0 comments:
Post a Comment